/Profil Abdul Djalil Pirous

Profil Abdul Djalil Pirous

Prof. Abdul Djalil Pirous, atau yang dikenal dengan A.D Pirous ini lahir pada 11 Maret 1932 di Meulaboh, Aceh. Wafat di Rumah Sakit Boromeus Kota Bandung, Selasa 16 April 2024 sekitar pukul 20.40 WIB. Dimakamkam di TPU Cibarunai, Kecamatan Sarijadi, Kota Bandung pada Rabu 17 April 2024 siang. A. D. Pirous dikenal sebagai seniman seni rupa di Indonesia.

A. D. Pirous mengawali pendidikan tingginya di Departemen Seni Rupa ITB pada tahun 1964. Kemudian melanjutkan studi tentang printmaking dan desain grafis di Rochester Institute of Technology, Rochester New York, Amerika Serikat pada tahun 1969.

Mengutip siaran pers dari Humas ITB, A. D. Pirous kembali ke ITB pada tahun 1972 sebagai Kepala Studio Desain Grafis Jurusan Desain ITB. Tahun 1975, Prof. Abdul Djalil Pirous mendirikan DECENTA atau Design Center Association di Bandung. A.D. Pirous ditunjuk sebagai dekan pertama FSRD ITB pada tahun 1984. sementara dikukuhkan sebagai Guru Besar Emeritus ITB sejak tahun 2005.

Prof. Abdul Djalil Pirous pun sempat ditunjuk menjadi perwakilan Indonesia dalam Printmaking Workshop Special Program for 3rd Asian Art Show Contemporary Asian Prints, Fukuoka Art Museum, Jepang pada tahun 1989. Dia juga merupakan pengajar senior Pascasarjana Seni Rupa dan Desain ITB yang membuka mata kuliah baru “Seni Rupa Modern di Asia Pasifik dan Asia Tenggara”.

Di tahun 1991, beliau ditunjuk sebagai Ketua Delegasi Indonesia untuk Komite Nasional untuk Asian International Art Exhibition. Beliau juga sempat menjadi Deputi Direktur Contemporary Art Exhibition of the Non Aligned Countries, Kemdikbud RI pada tahun 1994.

A. D. Pirous juga merupakan anggota Ahli Konsorsium Universitas Seni Kemdikbud RI pada tahun 1985.

A. D. Pirous menikah dengan Erna Garmasih, yang juga merupakan seorang pelukis ulung. A. D. Pirous dan Erna Garmasih dikarunia tiga orang anak yakni Mida Meutia, Iwan Meulia, serta Raihan Muerila.

Erna Garmasih merupakan alumni ITB dan pernah berkuliah di Perancis. Erna pun termasuk generasi kedua seniman perempuan di Indonesia. Di tahun 2003, pasangan ini mulai membangun rumah impian mereka di Bandung, yang rampung pada setahun kemudian. Pada tahun 2017, mereka meresmikan galeri bernama “Serambi Pirous”, yang menjadi tempat beraktivitas, berkarya, dan menampilkan karya seni mereka.

Ciri khas karya Abdul Djalil Pirous

Prof. Abdul Djalil Pirous adalah seniman lintas zaman di Indonesia. A. D. Pirous memiliki berbagai pengalaman berkarya sejak masa Kolonial, Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi. Atas karya-karyanya tersebut, menjadikan beliau sebagai seniman pembaru seni lukis modern dengan latar belakang karya Islam.

Perjalanan karirnya dimulai sejak tahun 1960. Adapun pameran tunggal yang pernah beliau laksanakan, antara lain Pameran Retrospektif I untuk karya 1960-1985, di TIM pada tahun 1985 dan Retrospektif II untuk karya 1985-2002, di Galeri Nasional, Jakarta pada tahun 2002.

A. D. Pirous mempunyai gaya lukis yang khas, yakni dengan tekstur dan warna-warna yang dibuat sangat terelaborasa dan sabar. Cara melukisnya pun mempunyai identitasnya tersendiri, yaitu dibuat dengan cara melapisi warna dengan pasta pualam dan pisau palet. Pembeda pameran itu yaitu Ayat-ayat Semesta yang berfokus pada gaya karya Pirous.

Salah satu keunikan Prof. Abdul Djalil Pirous adalah karyanya yang erat dengan kaligrafi Islam. Selain memberikan karya dengan konsep benda alam, lanskap, kehidupan sehari-sehari, dan figur binatang. A.D. Pirous pun memberikan perhatian khusus terhadap karya yang berhubungan dengan kaligrafi Islam.

Karya pertama beliau mengenai kaligrafi Islam diperkenalkan pada 1970 dengan menampilkan Surah Al Ikhlas: Pure Faith.

Ketertarikan Prof. Abdul Djalil Pirous dengan kaligrafi ketika melihat pameran Fragmen Keramik, manuskrip kuno Islam, kaligrafi Al-Qur’an dan lukisan miniatur yang dipamerkan di Metropolitan Museum of Art, New York Amerika Serikat sekitar tahun 1960-an.

Dari melihat objek-objek tersebut membuatnya teringat akan kampung halamannya di Aceh, yang memberikan pengaruh kepada karya-karyanya.

Kecintaannya terhadap agama dan budaya Islam juga dibuktikan saat Prof. Abdul Djalil Pirous menjadi Wakil Ketua Festival Istiqlal I di Jakarta pada tahun 1989 dan menjadi Wakil Ketua Mushaf Istiqlal Al-Qur’an Kementerian Agama Republik Indonesia pada 1990. Pada tahun 1995, Prof. Abdul Djalil Pirous kembali menjadi Wakil Ketua Festival Istiqlal II di Jakarta.

Atas segala prestasinya, Prof. Abdul Djalil Pirous ditunjuk oleh Presiden Soeharto sebagai Profesor Seni Rupa pada tahun 1993 dan mendapatkan penghargaan Satyalencana Kebudayaan dari Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2002.

Adapun penghargaan yang pernah Prof. Abdul Djalil Pirous dapatkan antara lain:

1.Karya Cetak terbaik dalam Art Show Naples, New York, Amerika Serikat (1970)
2.Lukisan terbaik dalam Pameran Biennale I Dewan Kesenian Jakarta (1974)
3.Lukisan terbaik dalam Pameran Biennale II Dewan Kesenian Jakarta (1976)
4.Medali Perak dari Kementerian Luar Negeri Republik Korea (1984)
5.Anugerah Seni oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1985)
6.Satyalancana Kebudayaan oleh Presiden Republik Indonesia (2002)
7.Anugerah Meukuta Alam (Penghargaan Kebudayaan) dari Gubernur Nangroe Aceh Darussalam (2006)
8.Anugerah Budaya Dedikasi Seni dan Budaya Wali Kota Bandung (2010)
9.Anugerah Adhi Karya Rupa dari Kemenparekraf RI (2015)
10.Habibie Award dalam Bidang Ilmu Kebudayaan (2015)

Pameran Tunggal Prof. Abdul Djalil Pirous

1.Pameran Seni Lukis Kaligrafi Islam dalam Chase Manhattan Art Program, Jakarta (1972)
2.Pameran Seni Grafis Islam dalam Chase Manhattan Art Program, Jakarta (1976)
3.Retrospectif I untuk karya-karya 1960-1985, di Taman Izmail Marzuki (1985)
4.Retrospectif II untuk karya-karya 1985-2002, di Galeri Nasional, Jakarta (2002)
5.Ja’u Timu di Selasar Sunaryo Art Space (2012)
6.Verses of the Universe di Kuala Lumpur, Malaysia (2015)
7.A. D.Pirous: Spiritual Calligraphy. World Trade Center, Jakarta (2016)
8.Suaka – Modernist Series #1, Art Agenda S.E.A, Jakarta (2022)

Pameran bersama

1.”The 8th International Biennial Exhibition of Prints”. National Museum of Modern Art, Tokyo, and Museum of Modern Art, Kyoto, Japan (1972)
2.”The 3rd Triennale of India”, Lalit Kala Academy, Rahindra Bhavan, New Delhi, India (1975)
3.”The Biennale of Grafic Arts”, Ljubliana, Yugoslavia (1977)
4.”Western Pacific Biennale Melbourne”, Print Council of Australia (1978)
5.”The 3rd World Biennale of Grafic Art”, Iraqi Cultural Center, London (1980)
6.”Contemporary Asian Art Series, Fukuoka Art Museum, Fukuoka, Japan (1980)
7.Pameran Lukisan dan Grafis, Centre Culturel Francais, Bandung (1990)
8.Pameran Lukisan dan Grafik 13 Seniman Bandung, Jawa Barat Trade Center, Bandung (1990)
9.”2nd Asian Travelling Exhibition of Painting Photography and Childrens Art”, IMF Visitors Center, Washington DC, United States of America (1991)
10.”6th International Asian Art Exhibition”, Fukuoka, Japan (1991)
11.”7th International Asian Art Exhibition”, Gedung Merdeka, Bandung (1992)
12.”Indonesian Modern Art”, Gate Foundation, Amsterdam, The Netherlands (1993)
13.”8th International Asian Art Exhibition”, Fukuoka dan Tanagawa, Japan (1993)
14.”Lintasan Seni Indonesia – Denmark” oleh RC Pondok Indah, Jakarta (1993)
15.”9th International Asian Art Exhibition”, Taipeh, Taiwan (1994)

(Yatni Setianingsih/Golali.id)

foto : Humas ITB