/Perpaduan Sunda dan Timur Tengah di Masjid Pusdai

Perpaduan Sunda dan Timur Tengah di Masjid Pusdai

Masjid Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Jawa Barat (Jabar) berada di Jalan Diponegoro No 63, atau sekitar satu kilometer ke arah timur dari kantor pemerintah Provinsi Jabar yaitu Gedung Sate.

Untuk mencapai lokasi masjid sangat mudah, saya yang kebetulan turun dari bus di Terminal Cicaheum melanjutkan perjalanan menaiki angkutan umum yang disebut angkot (angkutan kota) rute Cicaheum – Ledeng yang bercat hijau berpolet hitam pada bagian bawahnya.

Sedangkan untuk pengguna kereta api bisa turun di Stasiun Bandung dan menaiki angkot Stasiun Hall – Sadang Serang yang berwarna hijau berpolet kuning, dan berhenti tepat di depan Masjid Pusdai Jabar.

Masjid Pusdai Jabar merupakan bagian dari Kompleks Pusdai Jabar sebagai Islamic Center milik pemerintah Provinsi Jabar, yang dibangun di atas lahan seluas 4,5 hektar.

Seperti kompleks Islamic Center pada umumnya, di sini pun berdiri beberapa bangunan yang saling melengkapi.

Yaitu gedung serbaguna bale asri, ruang cendekia C dan D yang biasa digunakan untuk seminar, ruang lumbung zakat, ruang perpustakaan, ruang multimedia, ruang pameran Mushaf Sundawi, ruang galeri, ruang perkantoran, dan kantin.

Desain arsitektur masjid yang dirancang oleh arsitek Slamet Wirasonjaya ini, memadukan gaya arsitektur negara tropis, tradisional sunda, dan masjid di Timur Tengah.

Arsitektur negara tropis saya lihat begitu kental, pada penggunan material kayu pada beberapa bagian di dalam masjid, terutama mihrab dan mimbar yang dipadukan dengan batu marmer serta logam, dan atap masjid yang berbentuk limas.

Sedangkan desain arsitektur tradisional Sunda dengan mengadopsi bentuk rumah panggung tatar Parahyangan, ditunjukkan pada penggunaan anak tangga menuju bangunan masjid dan bangunan lainnya.

Selain itu, terdapat pula serambi memanjang yang menyatukan seluruh bangunan yang ada di Kompleks Pusdai Jabar.

Sementara untuk gaya arsitektur masjid Timur Tengah, saya temukan pada aksen lengkung pada sisi tiang-tiang penyangga, baik di bagian dalam masjid dan luar bangunan di Kompleks Pusdai Jabar ini.

Ada pula kaligrafi huruf Arab yang terukir pada kayu mimbar dan mihrab, serta bagian ruangan di dalam masjid yang disandingkan dengan ukiran khas Sunda berupa ukiran daun teh sehingga terkesan megah dan indah.

Cikal Bakal Islamic Center

Setelah puas berkeliling mengagumi keindahan masjid yang hanya memiliki satu menara ini, sambil menunggu waktu salat Zuhur, saya beristirahat sejenak di beranda masjid dan menikmati kesejukan dari berbagai jenis pohon yang ditanam di halaman masjid.

Sederet pohon palem dengan ukuran yang cukup besar dan tinggi, tumbuh di dekat menara masjid.

Pendirian Kompleks Pusdai Jabar, termasuk masjid yang terdiri dari dua lantai ini, ternyata memakan waktu yang sangat panjang.

Kabarnya Pusdai Jabar merupakan cikal bakal pendirian Islamic Center di Indonesia.

Ide pendirian Islamic Center tercetus dari para ulama dan umat Islam di Jabar sekitar 1977 – 1978, dalam menyambut abad 15 Hijriah yang dianggap sebagai abad kebangkitan kembali umat Islam, gagasan tersebut mendapat sambutan positif dari Gubernur Jabar pada masa itu Aang Kunaefi (1975 – 1985).

Lima tahun kemudian atau pada 1982 setelah melalui beberapa kali pembahasan, baru keluar Surat Keputusan (SK) Gubernur mengenai pembangunan Islamic Center.

Sementara pembebasan lahan dan perencanaan pembangunan menghabiskan waktu 10 tahun, yakni dari 1982 sampai dengan 1992, saat itu Gubernur Jabar dijabat oleh Yogie S Memet (1985 – 1993).

Pembangunan fisik dimulai 1992 dan selesai serta diresmikan pada 2 Desember 1997 oleh Gubernur Jabar R Nuriana (1993 – 2003) dengan nama Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Jabar.

Nama itu dipilih katanya sebagai pendekatan dari istilah Islamic Center, dalam bahasa Inggris yang terjemahkan kedalam bahasa Indonesia. (*/Golali.id)