Surat karya Safarina Sundani menjadi surat terpilih pada Lomba Menulis Surat dari Perempuan untuk Indonesia dengan tema “Kartini: dari Terang Menuju Cahaya”.

Lomba Menulis Surat dari Perempuan untuk Indonesia digelar Komunitas Temu Sejarah Indonesia berkolaborasi dengan media online Golali.id, yang didukung digitalmama.id, Art Gullery, dan bandungbergerak.id.

Lomba Menulis Surat dari Perempuan untuk Indonesia sebagai bentuk penghargaan dan apresiasi atas perjuangan Kartini, salah satu pahlawan nasional yang gigih memperjuangkan emansipasi perempuan di Indonesia.

Inilah isi surat dari Safarina Sundani untuk Indonesia

Kepada Yth
Negeri Tercintaku Indonesia

Surat cinta ini kuberi judul “PEREMPUAN dan BANGSA”

Terkenal dengan tanahnya yang subur, yang wilayahnya dilalui oleh jalur pegunungan dan hamparan dataran tinggi. Dijajah, diinjak-injak, dihinakan, dicuri, dimanfaatkan, dirampas bahkan disetubuhi semua itu pernah dilaluinya.

Kamu lalui penderitaan itu dengan tegar dan sabar, tapi kamu tidak sendiri ada orang-orang dan tokoh hebat didalamnya. Para musafir, para petani, para buruh, para pemikir, para ulama, para perempuan cerdas, para pejuang hebat yang berdiri gagah di atas tubuhmu berjuang berteriak-teriak menyuarakan kebebasanmu, membelamu tak kenal kenal lelah sampai kalimat “Merdeka” resmi di deklarasikannya.

Sebagai bangsa yang pernah terjajah lamanya, Indonesia memiliki sejarah yang kaya, keberagaman budaya, dan semangat gotong royong yang mengagumkan. Meskipun
telah mencapai banyak hal dan telah dideklarasikan bahwa Indonesia telah merdeka, tetapi masih ada beberapa aspek yang perlu diperjuangkan hingga saat ini, yaitu :

Pertama Kesetaraan dan Keadilan: meskipun kita hidup dalam negara yang beragam, kesetaraan dan keadilan masih menjadi tantangan sampai saat ini. Perjuangan untuk memastikan hak dan kesempatan yang sama bagi semua warga Indonesia harus terus
berlanjut.

Kedua yakni Pendidikan: akses pendidikan berkualitas harus diperjuangkan lebih lanjut. Terutama di daerah terpencil dan bagi anak-anak dari keluarga kurang
mampu. Pendidikan yang baik adalah kunci untuk masa depan yang lebih baik.

Ketiga yaitu terkait Lingkungan: perubahan iklim dan kerusakan lingkungan adalah masalah global. Indonesia, dengan kekayaan alamnya, memiliki tanggung jawab untuk melindungi sumber daya alam dan memastikan keberlanjutan lingkungan.

Lalu Kesejahteraan Sosial: memastikan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah tugas bersama. Perjuangan untuk mengurangi kesenjangan sosial dan memberikan perlindungan bagi yang membutuhkan harus terus dilakukan.

Dan yang terakhir adalah Hak Asasi Manusia: perlindungan hak asasi manusia adalah prinsip dasar yang harus diperjuangkan. Semua warga Indonesia memiliki hak yang sama, untuk hidup dengan martabat dan bebas dari diskriminasi.

21 April menjadi hari paling bersejarah bagi seluruh masyarakat Indonesia, telah lahir sosok perempuan yang tempo dulu ikut berdiri di jajaran para tokoh hebat menyuarakan hak-hak bangsanya. Siapa lagi yang tak mengenal sosok perempuan luar biasa ini, yang telah menjadi pelopor pendidikan bagi wanita di Indonesia yakni “Raden Adjeng (R.A) Kartini”

Seorang tokoh perempuan yang sering dianggap sebagai peletak dasar perjuangan perempuan Indonesia, perjuangannya yang tak kenal lelah menjunjung tinggi kehormatan dan hak-hak pendidikan bagi perempuan Indonesia.

Ayahnya bernama “Raden Mas Adipati Sosroningrat” seorang Bupati Jepara pada saat itu. Isu-isu atau perjuangan yang disuarakan oleh Kartini terhimpun rapi dalam surat-suratnya, yang kemudian dibukukan yang berjudul : Habis Gelap Terbitlah Terang (1963), karyanya itu masih harum tercium sampai sekarang.

Tak hanya Kartini saja, masih banyak toko-tokoh perempuan hebat yang juga ikut berjuang memakmurkan bangsa dan menjunjung hak-hak perempuan indonesia. Seperti kata pepatah “Perempuan adalah tiang negara, apabila Perempuan itu baik maka akan baiklah negara itu dan apabila Perempuan itu rusak, maka akan rusak pulalah negara itu.” Ungkapan terkenal ini mengandung makna bahwa peran perempuan sangat penting, dalam membangun dan menjaga kestabilan suatu negara.

Begitupun dengan pergerakan perempuan dari masa ke masa di Indonesia, bisa dikatakan sebagai gerakan yang konsisten. Konsistensi itu lahir sebagai bentuk perjuangan atas reaksi terhadap segala bentuk stereorip, stigma, dan ketidakadilan kepada perempuan.

Walaupun perjuangan tersebut bersifat pasang surut, kepastian mengenai keadaan ketidakadilan perempuan dalam ruang publik bersifat mutlak. Adanya estafeta perjuangan dari satu fase waktu ke fase waktu selanjutnya, merupakan wujud keseriusan yang ditempuh para tokoh perempuan di Indonesia.

Sayup-sayup kudengar teriakan dari dalam nadi Negriku “Bahwa bangsa kami, masih butuh perjuangan-perjuangan Perempuan hebat sampai saat ini, bangsa kami belum seutuhnya merdeka”. Perjuangan dan suara-suara untuk perempuan dan bangsa tidak cukup sampai di era Kartini saja. Tapi, bangsa yang sekarang pun masih butuh perjuangan-perjuangan hebat itu.

Sejumlah pesan yang Kartini suratkan secara eksplisit dalam karyanya Habis Gelap Terbitlah Terang menjelaskan bahwa “satu-satunya hal yang dapat membuat kaum perempuan merdeka dan berdikari adalah pendidikan”.

Di Indonesia sendiri sampai saat ini pendidikan masih menjadi persoalan yang problematik, carut-marut pendidikan di Indonesia sekarang ini menjadi permasalahan yang serius yang dapat berdampak buruk bagi generasi bangsa saat ini baik bagi generasi yang akan datang. Pendidikan mempunyai peran yang
sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa.

Pendidikan juga memiliki fungsi yang memerdekakan dan memartabatkan, menjadi satu-satunya alat yang harus dikuasai perempuan untuk melawan penindasan yang selama ini ditujukan kepadanya. Dengan belajar dan berpendidikan kaum perempuan akan terdidik, tercerahkan, dan tercerdaskan.

Dikutip dari beberapa jurnal, di Indonesia ada 7 isu pendidikan yang menjadi catatan kritis hinggga 2024 saat ini yaitu meliputi :

“Tingkat Literasi siswa”

Indonesia menduduki peringkat ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi atau berada di 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.

“Kekerasan di satuan Pendidikan”

Berdasarkan Rapor Pendidikan 2023, indikator iklim keamanan sekolah untuk jenjang SMP sederajat dan SMA sederajat mengalami penurunan, adanya kekerasan yang dialami maupun dilakukan oleh siswa serta pendidik sekalipun, menunjukkan bahwa fungsi pendidikan belum berjalan maksimal.

“Pengembangan keterampilan Guru”

Guru sebagai pendidik perlu menguasai banyak keterampilan terkhusus zaman yang makin modern, memaksa guru untuk dapat paham dan mengerti komunikasi berbasis teknologi atau digital.

“Penyelesaian Guru Honorer”

Kesejahteraan guru di Indonesia masih minim terkhusus di daerah 3T (tertinggal,terdepan, dan terluar), target pengangkatan guru honorer pada tahun sebelumnya
masih belum tercapai hingga sekarang.

“Peningkatan Kualitas Anggaran Pendidikan”

Selain itu, masih banyak lagi problematik yang terjadi di ranah pendidikan Indonesia.

Perjuangan kita belum seutuhnya selesai, karena bangsa pun belum seutuhnya Merdeka, masih banyak yang harus sama-sama kita selesaikan dan perjuangkan untuk menuju terang yang paling terang, jangan biarkan lampu yang dulu Bapak dan Ibu kami perjuangkan redup lalu padam begitu saja.

Kartini merumuskan lima konsep pendidikan perempuan (Sastroatmodjo, 2005): 1) Perempuan sebagai. 2) Perempuan merupakan pembawa peradaban 3) Pendidikan itu mendidik budi dan jiwa 4) Pendidikan kesetaraan antara laki-laki dengan perempuan untuk kemajuan bangsa 5) Pendidikan untuk cinta tanah air.

Lima konsep ini mengajarkan bahwa secara kodrati perempuan memiliki rahim yang menjadi sumber kelahiran seorang insan, maka manusia pertama yang memiliki tanggung jawab dalam mendidik adalah perempuan, dalam salah satu suratnya, Kartini menulis: “Dari semenjak dahulu kemajuan perempuan itu menjadi pasal yang paling penting dalam usaha memajukan bangsa.Kecerdasan pikiran penduduk Bumiputra tiada akan maju dengan pesatnya, bila perempuan itu ketinggalan dalam usaha itu. Perempuan jadi pembawa peradaban!”

Dalam membangun kesatuan kehidupan berbangsa, maka hal paling fundamental adalah menata peradaban dengan pendidikan. Hal tersebut akan terwujud apabila pendidikan antara kaum laki-laki dan perempuan setara, agar tujuan yang hendak dicapai akan lebih mudah digapai karena terdapat kerja sama dan harmonisasi.

Kartini menaruh perhatian yang luar biasa pada pendidikan perempuan. Hal tersebut menjadi landasan paling mendasar pergerakan perempuan Indonesia, dari dulu hingga kini. Perjalanan perjuangan pergerakan perempuan Indonesia membuahkan satu kesimpulan yang akan senantiasa diperbarui. Bahwa pergerakan perempuan sejak akhir abad 19 sampai yang paling mutakhir bersifat fluktuatif atau pasang surut.

Gelombang kencang yang diembuskan para tokoh perempuan dalam menyuarakan hak perempuan dalam segala bidang lahir dari itu, para tokoh perempuan Indonesia telah mencontohkan, perempuan hari ini punya tanggung jawab untuk melanjutkan perjuangan.

Mari bersama-sama memperjuangkan nilai-nilai ini, agar Indonesia terus maju dan menjadi negara yang lebih baik bagi semua warganya. Untukmu mari bersama-sama mencapai titik yang paling terang, tak akan ku biarkan cahayamu ini redup dan semakin redup, sekalipun itu dalah jalan yang penuh darah dan berduri.

Aku sosok perempuan yang berusaha meneladani “Ibu Kartini” akan berdiri di atas tubuhmu berteriak menyuarakan kalimat “Merdeka” yang hampir terlupakan ini. Kulihat tubuhmu yang semakin rapuh dan rusak ulah dari orang-orang yang sudah kehilangan akal dan nilai-nilai Ketuhanan, mereka rakus dan serakah melebihi para penjajah tempo dulu. Bertahanlah lebih lama Negeriku (Indonesia) Aku akan selalu mendampingimu mencapai cahaya itu. Esok hari kita akan sama-sama menikmati cahaya itu dan aku yakin takanada lagi keredupan di sana, selamat berjuangan untuk Aku, Kamu dan Kita semua yang sama-sama sedang memperjuangkan Bangsa ini untuk terus mencapai titik yang paling terang.

Panjang umur negeriku, tak pernah lupa doa yang senantiasa ku ulang-ulang yakni “kesejahteraan untuk kita semua”. Semoga surat cinta ini sampai kepadamu “Bangsaku Indonesia”.

Wassalam,

Safarina Sundani

(Melalui proses editing Tim Golali.id)