Dukungan penuh dari orangtua dalam dunia musik, tak pernah disia-siakan Yudhistira Rejki Firdaus. Sehingga membawanya menjadi musisi yang mahir memainkan alat musik modern maupun tradisional, yang melanglangbuana ke berbagai negara.
Sejak dini orangtua Yudhiz (sapaan akrab dari Yudhistira Rejki Firdaus) sepertinya sudah mengetahui jika putranya, memiliki bakat dalam dunia musik.
Maka tak mengherankan ayahnya dengan rajin, memberikan berbagai referensi musik dan mengajaknya mengapresiasi musik dengan mendengarkan berbagai karya musik.
Bahkan ketika duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP), Yudhiz yang mulai belajar bermain alat musik dari guru seni musik oleh orangtuanya dibelikan gitar.
“Pada awalnya ada stimulus mendengarkan dan apresiasi musik dari orangtua terutama sosok Ayah yang sering memberi referensi musik secara tidak langsung lewat radio tape (kaset analog). Sejak itu saya mulai suka musik dan bakat itu mulai di asah ketika masuk SMP dengan dibelikan gitar pertama oleh orangtua saya,” cerita Yudhiz kepada Golali.id.
Yudhiz pun semakin fokus untuk berlatih memainkan gitar selain kepada guru seni musiknya di SMP. Yudhiz dengan sepupunya sering berlatih di Studio Chicago 122 yang berada di dekat rumahnya daerah Tasikmalaya.
Group band
Pria kelahiran 18 Desember 1988 ini banyak belajar musik bersama komunitas pemusik yang aktif berlatih dan berkesenian di studio tersebut.
Ia pun mulai membentuk group band bersama teman-temanya di sekolah hingga mampu tampil di acara pentas seni (pensi) sekolah.
“Kebetulan guru seni musik di SMP saat itu sangat support terhadap potensi siswa-siswinya. Untuk menyeimbangkan keahlian seni tradisi terutama karawitan, saya juga turut ikut serta dalam program ekstrakurikuler karawitan di SMP dan mengikuti beberapa pementasan bersama guru karawitan,” terang Yudhiz.
Langkah Yudhiz terus berlanjut, saat memasuki Sekolah Menengah Atas (SMA) selain terus berlatih dia pun rajin mengikuti berbagai festival musik.
Keseriusannya di bidang musik terus ia lakukan saat memasuki bangku kuliah, atas pilihannya dan dukungan dari ayahnya. Yudhiz memilih Jurusan Pendidikan Seni Musik, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
“Keluarga saya sangat support baik dari segi moril maupun materiil,” tutur Yudhiz.
Alat musik
Sebagai mahasiswa calon guru seni musik, Yudhiz mempelajari seni musik tradisi dan barat dengan komposisi yang seimbang.
Sekaligus wajib untuk menguasai pengajaran dan mengetahui konsep pembelajaran instrumen musik tersebut. Hal itu membawa Yudhiz menguasai permainan alat musik tradisi maupun barat.
“Untuk alat musik barat di antaranya gitar, bass, keyboard, drum, launchpad, dan piano. Sementara untuk musik tradisi di antaranya gamelan degung pelog-salendro, angklung, dan arumba,” ucap Yudhiz.
Yudhiz tidak menampik jika pada awal mengenal seni musik lebih tertarik mendalami musik modern, meskipun di bangku SMP bersinggungan dengan karawitan dan pernah mengikuti pementasan karawitan.
Setelah belajar di UPI dan bergabung dengan unit kegiatan mahasiswa (UKM) yaitu Ensemble Gamelan Kyai Fatahillah (Gamelan Tradisi-Kontemporer) dirinya tertarik akan musik tradisional dengan nuansa inovasi modern.
“Ada kesadaran tentang kearifan lokal yang harus dikembangkan, dilestarikan, dan dipertunjukkan kepada khalayak,” sambung Yudhiz.
Ketekunannya dalam belajar dan berlatih seni musik membawa Yudhiz sebagai bagian dari Ensemble Kyai Fatahillah yang dipimpin dosen UPI Iwan Gunawan,S.Pd,.M.Sn, untuk pentas di panggung kelas dunia dalam acara International Gamelan Festival Amsterdam (IGFA) di Tropentheater, Belanda pada 9 sampai 11 September 2010.
Dalam pertunjukan bertaraf internasional ini, Ensemble Kyai Fatahillah mendapatkan kesempatan untuk berkolaborasi dengan maestro karawitan dan pop Sunda Nano S. Juga maestro tembang Sunda Cianjuran Euis Komariah, dan musisi Ensemble Gending dari Belanda.
“Saat itu kita kebagian pentas ketika malam menjelang Hari Raya Idul Fitri, suasana haru, sedih, senang dan bahagia bercampur dalam momen yang tak terlupakan. Sebelum pentas kita berdoa dan saling mendoakan, yang dipimpin oleh Pak Nano S. Apalagi ketika proses berlatih disana kita dihadapkan dengan rentang waktu berpuasa yang berbeda dengan di Indonesia.
Pesan dari Pak Nano S saat itu adalah :
” ngamumule kasenian tradisi sangkan bisa eksis
di nagri deungeun nyaeta tugas urang sarerea salaku seniman jeung nayaga nu
nyaah ka budaya lembur jeung lemah cai,”” kenang Yudhiz
Tak hanya di Belanda, Ensemble Kyai Fatahillah pun melakukan pementasan kesenian Sunda di Belgia. Sementara pentas di panggung Asia baru Yudhiz rasakan pada Juli 2014, saat dirinya bersama Angklung Web Institute (AWI) Bandung selama sepekan tampil dalam acara Singapore Youth Festival, atas undangan Mentri Pendidikan Singapura.
Selain bermusik di Ensemble Kyai Fatahillah dan AWI Bandung, Yudhiz pun sejak akhir 2007 aktif menjadi keyboardist sebagai additional player dan player inti untuk beberapa group musik di Kota Bandung. Antara lain Kozia, Malika, Sound of Karma, dan terakhir bersama Minladunka Band.
“Pada tahun 2013 teman saya Bendra mengajak bergabung dengan Minladunka Band untuk mengiringi Candra Malik (Budayawan-Sufi) berkolaborasi dengan Iwan Fals, Slank, GIGI, dan Sujiwo Tedjo di konser Ngabuburit ke-10 sampai ke-14 tahun yang diselenggarakan oleh Coklat Kita & DCDC, setelah itu kita mulai safari konser Santri Bernyanyi ke berbagai pesantren yang ada di Pulau Jawa sampai 2018,” urai pria yang hobi bersepeda ini.
Bersama Candra Malik – Minladunka Band, Yudhiz mendapatkan kesempatan selama dua pekan menampilkan keahliannya bermusik di Katsuragawa Shiga Prefecture, Japan yang didukung Djarum Foundation dan PGN.
Di negeri matahari terbit ini berkolaborasi dengan Asia Three dan penari dari Yogyakarta asuhan Bambang Paningron.
Bermain musik bareng Slank
Melalui bidang musik, Yudhiz tak hanya bisa berkeliling ke beberapa negara namun juga bertemu dengan group musik favoritnya Slank.
Bahkan pada Agustus 2014 dirinya bersama Candra Malik beserta Minladunka Band sempat berkolaborasi menggunakan gamelan dan kecapi dengan Slank. Pada konser Pesta Kemenangan (Idul Fitri) di Sukabumi dan sempat melakukan latihan bersama di Studio Potlot, Jakarta.
“Group musik favorit saya Slank dengan konsep Rock N Roll nya, sejak saya SMP grup musik ini konsisten dengan musikalitas yang ideal dan lirik yang cenderung kritik sosial terhadap situasi dan kondisi di Indonesia,” ungkap Yudhiz.
Biodata
Nama Lengkap :Yudhistira Rejki Firdaus
Panggilan :Yudhiz
Lahir :Tasikmalaya, 18 Desember 1988
Pendidikan :
-Sarjana Seni UPI
-Magister Seni ISBI Bandung
Pekerjaan : Musisi, Entpreneur, Guru Seni Budaya, dan Dosen Luar Biasa
Twitter :@Yudhiz_Rezky88
Facebook :Yudhiz Rezky Firdaus
Instagram :@Yudhiz_minlandunka
Youtube : Channel Youtube Sada Music Store (*/Golali.id)