Alun-alun Bandung kini tak lagi kumuh seperti beberapa tahun silam, sekarang telah kembali kepada fungsi awalnya. Sebagai ruang terbuka tempat berkumpul masyarakat, menghabiskan waktu bertamasya.
Berdasarkan beberapa catatan sejarah, Alun-alun Bandung yang kini berganti nama menjadi Taman Alun-alun Bandung. Dibangun bersamaan dengan berpindahnya ibu kota Kabupaten Bandung, dari Krapyak (kini Dayeuh Kolot) ke sekitar Sungai Cikapundung pada tahun 1810.
Taman yang berada di Jalan Asia Afrika ini, pada tahun 1980an mulai dipadati para pedagang kaki lima (PKL). Berkali-kali pemerintah kota (Pemkot Bandung), melakukan renovasi dan penertiban PKL tetapi selalu tidak berhasil.
Dibawah kepemimpinan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, sejak pertengahan tahun 2014 dilakukan renovasi dengan desain yang berbeda.
Pada bagian tengah dipasang rumput sintetis, pada bagian sudut utara terdapat tempat bermain anak-anak, bagian timur tertata kursi dan meja berbahan besi, serta dibagian selatan terdapat taman bunga dan halte Bandung Tour on Bus (Bandros).
Masuk ke Taman Alun-alun Bandung ini pengunjung tidak dipungut biaya, tetapi ingat harus membawa tas kecil untuk menyimpan sandal dan sepatu. Pengunjung wajib melepas alas kaki, untuk masuk taman.
Sementara untuk berkeliling kota naik Bandros, cukup berdonasi Rp10.000 per penumpang baik penumpang anak-anak maupun dewasa.
Angkutan umum yang melewati Taman Alun – Alun Bandung
Bus Damri Cibiru – Kebon Kalapa
TMB Cicaheum – Cibereum
Bus Damri Cicaheum – Leuwi Panjang
Angkot Stasiun Hall – Gede Bage
Angkot Sukajadi – Kebon Kalapa
Angkot Elang – Cicadas. (*/Golali.id)