Coto Kuda (dok : Lisdhaniati)

Coto Makassar identik sebagai masakan daging sapi. Namun, coto bisa juga dibuat menggunakan daging ayam. Bahkan, di Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan, coto kuda merupakan sajian khas-nya.

Kuda memang merupakan hewan ikonik di Kabupaten Jeneponto yang berjarak kurang lebih 90 kilometer dari Makassar itu. Jeneponto merupakan jalur darat utama, jika kita melakukan perjalanan dari Makassar ke Tanjung Bira yang indah di ujung timur Sulawesi Selatan.

Pelintas jalan akan mudah melihat keberadaan kuda di areal persawahan Jeneponto. Di sini, kuda masih banyak digunakan sebagai alat transportasi barang maupun manusia. Kuda juga dipelihara sebagai simbol kemapanan. Di Jeneponto juga sering digelar pacuan kuda tradisional.

Tidak hanya sebagai alat transportasi dan pacuan, kuda juga merupakan bahan pangan hewani yang lazim di kalangan masyarakat Jeneponto. Keberadaan daging kuda di Jeneponto mungkin mirip dengan daging sapi di daerah lain. Lapak yang menjual daging kuda bukan hal asing bagi masyarakat Jeneponto. Selain itu, masakan daging kuda lazim disajikan di acara pesta/hari raya.

Tidak heran jika Jeneponto memiliki varian coto tersendiri, yakni coto daging kuda.

Berikut beberapa rekomendasi rumah makan coto kuda di Jeneponto, yakni :

= Warung Coto Belokallong di Jalan Lanto Daeng Pasewang, Kecamatan Binamu.
= Warung Coto Pastur di samping Lapangan Passamaturukang, Jalan Morra Daeng Bilu, Kecamatan Binamu.
= Warung Coto Nur di depan Pasar Turatea.

Tentu saja, beda tempat selalu ada perbedaan citarasa. Mana yang lebih enak, tergantung selera masing-masing orang.

Meski merupakan masakan khas Jeneponto, coto daging kuda juga bisa ditemukan di daerah lain. Seperti pengalaman penulis yang justru mencicip coto kuda di Bantaeng, bukan Jeneponto. Adapun Bantaeng merupakan kabupaten yang persis terletak di sebelah Jeneponto. Bahkan di Makassar, warung coto kuda juga tidak terlalu sulit untuk ditemukan.

Di warung tersebut, coto daging kuda lebih kental dibandingkan coto daging sapi. Selain itu, serat daging kuda tampak lebih besar dibandingkan serat daging sapi. Pembeda lain adalah aromanya yang unik dan khas.

Sebagian orang, terutama yang belum pernah makan daging kuda, mungkin akan merasa asing dengan aroma tersebut. Penggunaan aneka bumbu rempah membuat aromanya tidak terlalu mengagetkan bagi penikmat pemula. Pendamping sajian coto kuda sama dengan coto sapi yakni ketupat/buras, bawang goreng, daun bawang, jeruk nipis, sambal, dan kecap.

Tidak hanya sebagai pemuas rasa lapar, coto kuda banyak dipercaya sebagai obat/makanan alternatif untuk beberapa masalah kesehatan, seperti asma, pegal linu, dan vitalitas badan. Meski tidak setenar coto sapi, coto kuda adalah kekayaan kuliner Nusantara yang juga layak dicoba. (Lisdhaniati)