Setiap tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional, hal ini di tetapkan oleh  The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

UNESCO adalah organisasi internasional yang bergerak pada bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan pada Persatuan Bangsa Bangsa (PBB).

Peringatan hari bahasa ibu internasional  bermula dari resolusi yang diusulkan seorang pendidik dan cendekiawan asal Bangladesh yang tinggal di Vancouver, Kanada bernama Rafiqul Islam, melalui Hari Gerakan Bahasa yang dirayakan di Bangladesh.

Rafiqul Islam menulis surat kepada Kofi Annan, sekretaris jenderal PBB pada 9 Januari 1998, dan memintanya mengambil langkah untuk menyelamatkan bahasa dunia dari kepunahan dengan mendeklarasikan Hari Bahasa Ibu Internasional atau International Mother Language Day.

Sehingga, pada 17 November 1999 dalam sidang Konferensi Umum UNESCO, 21 Februari ditetapkan sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Tanggal itu dipilih karena bertepatan dengan peristiwa pembunuhan dalam memperjuangkan bahasa Bengali di Dhaka, Bangladesh pada 1952.

Sebagaimana diketahui, bahasa Ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai atau didapatkan oleh seorang anak.

Tema hari Bahasa Ibu 2023

Melansir unesco.org, pada tahun ini UNESCO mengusung tema agar negara-negara bisa menerapkan kebijakan pendidikan multibahasa.

Selain itu, mendukung pembelajaran melalui pendidikan multibahasa dalam konteks global yang cepat berubah dan dalam situasi krisis, serta merevitalisasi bahasa yang hilang atau terancam punah.

Untuk membantu melawan krisis pembelajaran global saat ini dan melestarikan keragaman bahasa yang merupakan elemen budaya yang penting, UNESCO meminta pemerintah untuk menerapkan pendidikan multibahasa berdasarkan bahasa ibu sejak tahun-tahun awal sekolah.

Selain itu, pada Hari Bahasa Ibu, UNESCO juga mengingatkan dunia akan pentingnya menjaga bahasa ibu.

Setidaknya 40 persen dari lebih dari 6.700 bahasa yang digunakan di seluruh dunia terancam punah dalam jangka panjang, karena kurangnya kesadaran untuk mengunakan bahasa tersebut. (Humas Pemkot Bandung/Golali.id)

Foto : kemdikbud.go.id