Resensi Buku Sabar dan Ridha : untuk Hidup Bijaksana

Judul Buku                                          :Sabar dan Ridha

Penulis                                               :Muhammad Zaki Mubarak

Jumlah Halaman                               :200 halaman

Penerbit                                               :Noura Books

Cetakan                                                :Cetakan I, Februari 2020

ISBN                                                       :978-623-242-027-4

Media sosial seperti Twitter dapat digunakan dalam menyebarkan kebaikan. Seperti yang dilakukan pendakwah dan dosen di STAI Darum Ulum Kandangan Provinsi Kalimantan Selatan, Muhammad Zaki Mubarak melalui akun Twitter @zaki_elqattamy yang sering mem- posting ayat Al-Quran, Hadis, dan nasihat para ulama klasik.

Buku Sabar dan Ridha ini merupakan kumpulan twit- twit dari Imam Masjid Agung Takwa Kandangan ini, yang banyak di- retweet dan reply para follower -nya yang kebanyakan anak muda.

Buku ini terdiri dari 11 bagian yang mengajarkan kita untuk hidup bijaksana, dalam hubungannya sebagai hamba Allah Swt. dan dengan seluruh ciptaan Allah Swt.

Dalam bukunya penulis mengungkapkan manusia harus banyak mencari ilmu untuk kebaikan hidupnya, dengan ilmu bermanfaat kita akan mendapatkan semuanya, “Allah Swt. menawarkan kepada Nabi Sulaiman a.s. untuk memilih antara ilmu, harta, dan kerajaan. Beliau memilih ilmu. Akhirnya, Allah memberikan ketiga-ketiganya.” (Halaman 12).

Selain itu kita pun jangan merasa diri lebih saleh dari orang lain, karena perbuatan tersebut tidak disenangi Allah Swt.

“Seorang pendosa dan seorang saleh mengikuti Nabi Isa a.s. Pendosa itu merasa hina, lalu berdoa “Ya Allah, ampuni dosa-dosaku.” Sementara orang saleh itu juga berdoa, “Ya Allah, besok jangan Kau kumpulkan aku dengan orang-orang buruk ini.” Allah lalu mewahyukan kepada Nabi Isa a.s., “Doa keduanya Ku-kabulkan. Yang ahli maksiat Ku-ampuni dosanya. Sedangkan yang saleh, suruh dia pergi.”” (Halaman 126).

Melalui pembahasan dalam buku ini, pembaca diajarkan dan diajak untuk mem- posting twit , yang membawa follower– nya dalam kebaikan untuk diri sendiri maupun orang lain.

Bukan menyebarkan postingan yang membuat kegaduhan seperti twit bohong yang dapat menyesatkan dan menebarkan kebencian. Cara berdakwah yang dilakukan penulis melalui pemanfataan teknologi informasi khususnya Twitter ini, menunjukkan bahwa berdakwah tidak dibatasi ruang dan waktu.(*/Golali.id)