Buku Mempertimbangkan Warisan Arief Budiman, membeberkan tentang sosok mendiang Arief Budiman sebagai seorang aktivis dan intelektual, dari sudut pandang rekan-rekannya.
Buku Mempertimbangkan Warisan Arief Budiman, yang diterbitkan satu tahun pasca wafatnya Arief Budiman ini, memuat 15 tulisan dari rekan-rekan Arief Budiman. Yaitu, :
1.Daniel Dhakidae
2.Ignas Klenden
3.Vedi Hadiz
4.Eri Sutrisno
5.Rizal Mallarangeng
6.R.William Liddle
7.Kuskridho Ambardi
8.Hendrawan Supratikno
9.Goenawan Mohamad
10.Fachry Ali
11.Lutfhi Assyaukanie
12.M.Syafi`i Anwar
13.Made Supriatna
14.Saiful Mujani
15.Hamid Basyaib
Soe Hok Djin adalah nama asli dari Arief Budiman, yang terlahir di Jakarta pada 3 Januari 1941 dan meninggal dalam usia 79 tahun di Salatiga Provinsi Jateng pada 23 April 2020. Arief Budiman merupakan kakak kandung dari Soe Hok Gie.
Arief Budiman berkuliah di Fakultas Psikologi UI, lalu di Prancis, jurusan Sosiologi Politik di Universitas Harvard, Amerika Serikat. Pernah menjadi dosen di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di Salatiga, sebelumnya akhirnya menjadi Guru Besar di Universitas Melbourne Australia.
Dalam kenangan Eri Sutrisno, Arief Budiman merupakan sosok yang sederhana hingga kepergiannya.
“Kehidupannya (juga keluarganya) jauh dari glamor. Ke mana-mana naik Vespa tua, bersepatusandal dan suka sekali memakai kaos berkerah atau baju lengan pendek kalau ke kantor (Yayasan Geni). Itu sebuah teladan dari intelektual yang tidak berjarak, bahkan sangat ramah dan rendah hati,” (Halaman : 44)
Sementara Made Supriatna, menjelaskan kenangannya tentang Arief Budiman melihat kepemimpinan yang dijalankan presiden pertama RI Soekarno dan presiden kedua RI Soeharto.
Sedangkan M.Syafi`i Anwar mengenang Arief Budiman :
“Arief adalah seorang intelektual publik par excellence, yang bukan hanya berpijak pada teori yang jelas, tetapi juga pada tindakan atau aksi yang nyata. Sisi lain yang perlu dicatat adalah sikap Arief yang selalu menjaga konsistensi, independensi, dan kebebasan seorang intelektual publik.
Ia tidak tertarik untuk masuk dalam lingkaran kekuasaan atau paling tidak menjaga jarak dengan kekuasaan. Ia juga tidak pernah tertarik menjadi tim ahli birokrasi, partai politik, atau ormas. Ia adalah intelektual independent dan bebas menyuarakan pemikiran dan sikap kritisnya atas berbagai masalah sosial dan politik yang berkembang di masyarakat,” (Halaman 122 – 123) (Yatni Setianingsih/Golali.id)
Judul Buku : Mempertimbangkan Warisan Arief Budiman
Editor : Hamid Basyaib dan Kuskridho Ambardi
Tebal : ix + 172 halaman
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Cetakan : Pertama, April 2021
ISBN Cetak : 978 – 602 – 481 – 583 -7
ISBN Digital : 978 – 602 – 481 – 584 – 4