Buku Budaya Musik Indonesia mengupas terkait kehadiran musik, sebagai bagian dari budaya Indonesia. Awalnya, beberapa jenis musik lahir sebagai sarana komunikasi antara manusia dan Pencipta yang bersifat magis. Dalam perkembangannya, muncul beragam jenis musik yang digunakan untuk berbagai tujuan.
Salah satu musik yang masih terkait dengan upacara keagamaan, yaitu gamelan Bali yang berfungsi sebagai sarana ritual manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, upacara untuk kepentingan manusia (seperti perkawinan, kelahiran, dan potong gigi), upacara persembahan suci kehadapan orang suci Hindu, upacara persembahan suci yang tulus ikhlas bagi manusia yang telah meninggal, penguburan, dan ngaben. Selain itu untuk upacara persembahan suci, yang tulus ikhlas untuk menetralisir kekuatan-kekuatan roh jahat di dunia. Di samping itu, gamelan Bali juga berfungsi sebagai sarana hiburan yang dapat menumbuhkan semangat hidup dan kedamaian hati si penikmat atau pengrawit (Hal 61-62).
Selain itu, ada pula musik untuk membangkitkan rasa nasionalisme, seperti lagu perjuangan Indonesia yang disebut dengan istilah musik fungsional yang diciptakan untuk tujuan nasional. Lagu perjuangan mempunyai berbagai fungsi, di antaranya fungsi primer sebagai sarana upacara dalam kegiatan seremonial kenegaraan, yang berisi pesan pembangunan, salah satu contohnya lagu kebangsaan “Indonesia Raya” ciptaan W.R. Supratman.
Sementara, fungsi sekunder sebagai sarana pembangkit semangat cinta Tanah Air guna menghimpun persatuan dan kesatuan melawan penjajahan di Indonesia. Contohnya lagu “Maju Tak Gentar” ciptaan Cornel Simanjuntak dan “Halo-halo Bandung” karya Ismail Marzuki (Hal 36 dan 47).
Sementara, salah satu musik hasil pencampuran berbagai budaya yaitu, musik dangdut. Kehadiran musik dangdut di dalam negeri, tidak terlepas dari perkembangan orkes Melayu di Indonesia, yang diawali setelah perang kemerdekaan pada 1950. Saat itu bersamaan dengan membanjirinya film Malaysia dan India di Tanah Air. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri, bagi sebagian besar masyarakat Indonesia pada musik dan lagu yang terjalin erat dengan cerita pada film tersebut
Pada 1955 sampai 1960, muncul komunitas penggemar orkes Melayu, kemudian lahir kelompok musik dengan peralatan instrumen musik elektronik yang menjadi tren musik masa kini. Pelopornya seorang musisi, penyanyi, dan penulis lagu Rhoma Irama. Dalam perkembangannya orkes Melayu ini memiliki sebutan baru yaitu dangdut, hal ini terkait dengan dominasi bunyi dari ketipung (tabla) dalam musik India. Musik ini semakin populer di seluruh Indonesia dan selalu mendapat nuansa lokal, melalui penggunaan bahasa daerah pada lirik lagunya seperti dangdut Jawa, dangdut Minang, dangdut Bali, dan sebagainya (Hal 77 dan 83). (Yatni Setianingsih/Golali.id)
Judul Buku : Budaya Musik Indonesia
Penulis : Wisnu Mintargo
Tebal : 173 Halaman
Penerbit : Kanisius
Cetakan : 2018
ISBN : 978-979-21-5747-5