Hidangan khas Sunda memiliki ragam variasi bahan baku, salah satunya tutut (keong kecil yang hidup di kolam ataupun sawah). Tutut biasanya dimasak dengan cara dipindang. Sajian pindang tutut, dimakan tanpa nasi alias digado atau menjadi cemilan yang dinikmati saat santai.
Penyajian pindang tutut cukuplah unik, di mana tutut melalui proses pemasakan yang lengkap dengan cangkangnya yang berwarna hijau kehitaman.
Proses pemindangan ini menggunakan beragam rempah, yang dihaluskan ditambah dengan garam dan gula merah.
Untuk menikmati sajian pindang tutut, pecinta kuliner cukup mengait daging tutut dengan tusukan kecil pada bagian atas cangkang tutut.
Rasa dari pindang tutut biasanya gurih khas ikan dengan paduan rasa dari berbagai bumbu seperti kunyit, bawang merah, bawang putih, ketumbar, pala, dan lada. Berbagia bumbu itupun dapat menghilangkan bau amis.
Pindang tutut disebut-sebut berasal dari kawasan di daerah Jawa Barat, yang memiliki lahan persawahan yang luas seperti Sukabumi, Cianjur, Purwakarta, Subang, dan lain-lain.
Saat ini pindang tutut banyak dijual di pasar, pinggir jalan raya berbagai daerah di Jawa Barat, adapula yang menjajakannya berkeliling permukiman penduduk. Rasa pindang tutut yang ditawarkanpun bervariasi, mulai dari rasa original sampai pedas. (*/Golali.id)