Pemilik pabrik cokelat Pipiltin Cocoa, Tissa Aunilla sama sekali tidak pernah berencana mendirikan pabrik cokelat bernama Pipiltin Cocoa dengan adiknya Irvan Helmi pada tahun 2013 silam.
“Enggak punya rencana punya pabrik cokelat, dulu kerja kantoran ada teman bawa cokelat dari Swiss kok rasanya cokelat enak sekali, ternyata hanya berasal dari kakao, kok keluar rasa kacangan, buah-buahan. Saya mau beli cokelat seperti itu tapi harganya ternyata mahal, saya cek website perusahaan cokelatnya ternyata kokoanya dari Indonesia tepatnya dari Jatim,” cerita Tissa Aunilla dalam Webinar Seller Story Shopee Big Ramadan Sale Cerita Pipiltin Cocoa Hadirkan Kenikmatan Kreasi Cokelat Asal Indonesia Untuk Temani Momen Ramadan Penuh Kehangatan, Jumat 14 April 2023.
Walaupun Indonesia dikenal sebagai daerah penghasil cokelat spesifik dengan biji kakao yang bisa didapatkan di berbagai pulau, namun sangat sulit untuk mencari produk olahan cokelat lokal di Indonesia.
Selama ini, biji kakao Indonesia banyak dijual untuk produsen cokelat di Eropa, yang biasanya mengimpor cokelat asli Bali, Jember, dan daerah lainnya di Indonesia. Merek-merek cokelat Eropa ini bahkan menjadikan cokelat Indonesia sebagai produk premium mereka.
Fakta ini lah yang mengawali perjalanan Tissa dalam membangun bisnis Pipiltin Cocoa. Ia mulai mencari tahu lebih dalam mengenai cokelat asal Indonesia dan perlahan menciptakan hasil olahan cokelat dari rumahnya. Tissa pun akhirnya juga mengambil Master Chocolatier Certification di Swiss pada tahun 2011, untuk memperdalam pengetahuannya mengenai cara memproduksi cokelat.
Melihat kesempatan tersebut, Tissa dan Irvan pun bertekad untuk memperkenalkan cokelat asli Indonesia, untuk orang Indonesia sendiri. Sesuai dengan tema “Diversity” dan tagline “Beda-beda itu enak” yang dikampanyekan Pipiltin Cocoa, keberagaman bisa dirayakan dengan berbagai macam cara. Salah satunya dengan menghadirkan beragam jenis cokelat dari daerah yang berbeda di Indonesia. Saat ini, Pipiltin Cocoa menghadirkan cokelat dari beberapa provinsi, seperti Ransiki Papua Barat 100 persen, Aceh 84 persen, Kampung Merasa Kalimantan Timur 74 persen, Aceh 73 persen, Ransiki Papua Barat 72 persen, Bali 70 persen, Jawa Timur 65 persen, Flores 65 persen, dan Bali 60 persen.
“Menjalankan bisnis Pipiltin Cocoa ini diawali dari keinginan kami agar produk cokelat Indonesia dikenal di dunia. Potensi besar yang kami lihat khususnya dari petani lokal yang dapat menghasilkan keanekaragaman cokelat asal Indonesia dengan kualitas yang sangat baik tentunya butuh didukung dan diapresiasi. Bisnis ini menjadi wadah dan cara kami untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan komunitas petani biji kakao, dimana hingga saat ini bahan baku yang digunakan Pipiltin Cocoa berasal dari lebih dari 2.000 mitra petani lokal. Kami pun terus melakukan inovasi produk coeklat beserta layanannya melalui riset pasar yang intensif agar Pipiltin terus berkembang dan mengikuti kemajuan zaman,” urai Tissa.
Selama menjalankan Pipiltin Cocoa, Tissa dan Irvan mewujudkan misi untuk meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia lewat beberapa langkah. Salah satunya yakni membeli langsung biji cokelat dari para petani lokal dengan harga yang layak dan premium, yakni 40-50 persen di atas harga pasar.
Langkah ini bertujuan untuk mendapatkan biji yang betul-betul berkualitas, dimana Pipiltin dapat mengambil biji fermentasi di petani. Dengan membeli lebih mahal diharapkan kehidupan para petani Indonesia bisa terbantu.
Proses produksi cokelat di Pipiltin Cocoa
Pipiltin membeli biji cokelat langsung kepada petani, yang dimana tahap harvesting, sorting, fermentation, washing, dan drying dilakukan oleh petani lalu masuk ke tahap produksi oleh Pipiltin Cocoa.
Setelah mendapatkan biji kakao dari para petani, Pipiltin Cocoa menjalankan proses produksi hingga akhirnya hasil olahan cokelat bisa dinikmati oleh konsumen, antara lain proses roasting (pembakaran untuk mengeluarkan rasa pada biji kakao), winnowing (memisahkan cangkang dengan inti biji cokelat), grinding (menggiling biji dengan batu menjadi cairan coklat), mixing (mencampur dengan bahan lain seperti gula dan susu), conching (mengaduk cokelat dalam waktu lama untuk menguapkan sebagian rasa asam), tempering lewat kaca-kaca transparan hingga diproses menjadi hidangan atau dessert yang cantik.
Produk Pipiltin Cocoa tidak hanya hadir di pasar Indonesia tetapi juga telah diekspor ke berbagai negara antara lain Jepang, Singapura, dan lain-lain.
(Yatni Setianingsih/Golali.id)