Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM) Kota Bandung, Atet Dedi Handiman menyampaikan, sesuai data statistik terdapat 140 ribuan UMKM. Sedangkan data pada Dinas KUMKM yakni 8.662 UMKM. Terdata mulai NIK, nama jenis usaha, aset, omset kemudian akses lembaga keuangan.
“Justru dengan adanya pandemi jumlah UMKM bertambah. Mungkin karena pandemi, ada yang di PHK, kehilangan pekerjaan, sehingga mereka jadi pelaku usaha. Adanya Covid itu dikenal dengan koneksi dengan ekosistem digital, sehingga jual beli online dimanfaatkan oleh para UMKM rumahan,” bebernya.
“Stategi, pertama kita ada pendampingan di tahun 2020 itu oleh 6 pendamping. Seorang pendampingnya 25-30 pelaku usaha. Tahun 2021, 15 pendamping sekitar 450 UMKM. Pada tahun 2020, 22 pendamping sampai 600 usaha,” bebernya.
Adapun yang dilakukan dalam pendampingan di antaranya manajemen usaha mikro, laporan keuangan sederhana, pembukuan juga branding usaha.
“Selain itu ada perbaikan kualitas kapasitas produksi diberikan oleh pendampingan. Kemudian juga upaya pendampingan hukum agar saat melakukan usaha tidak melanggar sudah ditentukan. Salah satunya legalitas usaha seperti izin,” katanya.
Sementara itu, salah satu pelaku usaha, Susi menceritakan dirinya masuk ke dunia usaha dikarenakan kebutuhan yang harus terpenuhi.
Ia sebagai pemiliki Keripik Pisang Bu Susi mengatakan, awalnya hanya memproduksi hanya 1 varian rasa. Namun dengan berkembangnya usaha kini ada sejumlah varian.
“Alhamdulilah saat ini ada sejumlah varian rasa. Untuk pemasarannya saya sudah dibina Dinas KUMKM maka mewajibkan legalitas. Produk kini ada lebel halalnya, PIRT, HAKI, beres uji mutu. Semua gratis dan difasilitasi oleh BDC (Bussines Development Center),” katanya. (Humas Pemkot Bandung/Golali.id)
foto : Humas Pemkot Bandung