Muhammad Isa Tsaqif, mahasiswa Arsitektur ITB membuat konsep desain rumah padat penghuni apung, sebagai salah satu solusi beradaptasi dengan banjir Jakarta. Konsep desain ini berjudul “Cilincing Flood Resilient Housing”, selain rumah padat penghuni apung, Isa pun membuat berbagai fasilitas penunjangnya.
“Banyak bangunan apung yang sebenarnya sudah dibuat, namun selama ini bentuknya masih satuan. Dengan mencoba untuk merealisasikan konsep rumah padat penghuni apung yang lengkap dengan fasilitas penunjang yang juga dapat mengapung di kala banjir, saya berharap dapat memberikan kontribusi perkembangan ilmu arsitektur dan pembangunan ke depannya,” kata Isa seperti dikutip Golali.id dari website Itb, Rabu 27 Juli 2022.
Isa yang warga Jakarta mengatakan, ancaman banjir Jakarta terus ada dan didorong dengan isu tenggelamnya Jakarta di tahun 2050, Isa merasa masih kurangnya pengambilan langkah riil guna mencegah ataupun mengatasi krisis ini.
Isa pun memutuskan untuk berbalik dan mencari intisari masalah, untuk menemukan jawaban yang paling relevan. Kesimpulannya, adalah dengan mencari cara untuk hidup beradaptasi dalam genangan air tersebut.
“Dengan modal dan ilmu yang cukup, sebenarnya kita dapat memilih untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Bila kita terapkan adat ini, maka saya yakin hasil kerja saya dapat membantu masyarakat luas dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari,” beber Isa.
Dalam pengerjaan, inovasi Isa ini didukung dosen pembimbing dari kelompok keahlian khusus: Dr. Allis Nurdini, S.T., M.T. (KK Perumahan dan Permukiman), didampingi Rr. Diah Asih Purwaningrum, S.T., M.T., Ph.D. (KK Perancangan Arsitektur) dan Dr. Eng. Mochamad Donny Koerniawan, S.T., M.T. (KK Teknologi Bangunan). Walaupun sudah digadang sebagai salah satu Tugas Akhir Arsitektur 2022 terbaik dan memboyong predikat Cum Laude dengan IPK 3.80, Isa menyampaikan kesadarannya bahwa penelitiannya ini belum sepenuhnya optimal.
“Ya, salah satunya disebabkan karena cukup sulit ketika proses pengerjaan. Karena, preseden serupa masih minim bahkan nyaris tidak ada. Saat itu, saya juga terhalang kendala teknis karena diharuskan untuk mempertimbangkan kemampuan beban apung benda. Saya harus berkonsultasi dengan mahasiswa dari Teknik Kelautan untuk mendapatkannya,” imbuh Isa.
(Yatni Setianingsih/Golali.id)
Foto : itb.ac.id