Anggota Komunitas Temu Sejarah di gerbang Ereveld Menteng Pulo (dok : Komunitas Temu Sejarah)

Komunitas Temu Sejarah menggelar kegiatan Temu Sejarah Explore #5 bertajuk “Jejak Sunyi di Tanah Peristirahatan Terakhir: Ereveld Menteng Pulo” Minggu (22/6/2025). Bekerja sama dengan komunitas @trex_tour, kegiatan ini digelar untuk memperingati Hari Ulang Tahun Jakarta ke-498.

Sebanyak 50 peserta dari berbagai latar belakang hadir, mengikuti tur berpemandu di kawasan Ereveld Menteng Pulo, Jakarta Selatan-sebuah kompleks pemakaman perang peninggalan Belanda yang kini dikelola oleh Oorlogsgravenstichting (OGS).

Ereveld Menteng Pulo menjadi saksi bisu dari Perang Dunia II dan pendudukan Jepang di Indonesia. Ribuan jenazah tentara dan warga sipil, baik yang datang sebagai penjajah, pejuang, maupun korban keadaan, dimakamkan di sini.

Anggota Komunitas Temu Sejarah di Ereveld Menteng Pulo (dok : Komunitas Temu Sejarah)

Melalui tur ini, para peserta diajak untuk tidak hanya melihat sejarah dari kejauhan, tapi juga merasakannya secara lebih dekat—menyentuh batin dan menyadarkan kembali pentingnya nilai-nilai kemanusiaan.

“Saya sangat senang dengan antusiasme peserta. Ini adalah rangkaian kelima Temu Sejarah Explore, setelah sebelumnya kami berjalan di Bandung, Solo, Ngawi, dan Malang. Kali ini, Jakarta menjadi ruang kontemplasi sejarah kami,” ujar founder Temu Sejarah, Tiwi Kasavela.

Ia menambahkan bahwa kegiatan ini bukan hanya mengenalkan sejarah secara informatif, tetapi juga membangun kesadaran akan pentingnya perdamaian dan empati.

“Dari sejarah, kita belajar tentang kehancuran akibat perang. Mudah-mudahan dengan mengenang dan memahami masa lalu, kita bisa membangun masa depan yang lebih bijaksana,” ujarnya.

Klik informasi lebih detail tentang Bandung Raya di golalibandung.my.id

Tiwi juga mengungkapkan bahwa pada Juli 2025, Temu Sejarah Explore akan kembali digelar di Lembang, Jawa Barat. Ia berharap kegiatan ini dapat terus berkembang lewat kolaborasi lintas komunitas, menjadi ruang belajar sejarah yang menyenangkan, membumi, dan menyentuh hati.

Tur sejarah kali ini meninggalkan kesan mendalam bagi seluruh peserta—bahwa di balik nisan-nisan yang diam, ada pelajaran besar tentang hidup, kehilangan, dan harapan yang tak boleh kita abaikan. (Siaran Pers Temu Sejarah)