Rancaekek di masa Hindia Belanda, sangat kental dengan berbagai seni termasuk seni tari. Kawasan yang kini identik sebagai pusat industri tekstil ini, dahulu dikenal sebagai cikal bakal dan berkembangnya berbagai jenis tari.
Satu di antaranya tari karawitan putri atau tari badaya wirahmasari rancaekek.Tari ini diciptakan dalam rentang waktu 2 tahun, yaitu tahun 1923-1925 oleh Lurah Rancaekek R Sambas Wirakoesoema.
Ia mengajarakan tarian ini kepada para menak melalui Perguruan Tari Wirahamsari. Namun ketika R Sambas Wirakoesoemah, wafat pada tahun 1962.
Perguruan Tari Wirahmasari sempat vakum, sebelum akhirnya pada 1964 perguruan tari ini kembali menggelar latihan dengan juru latih Abah Ondik, anak dari juru rebab Perguruan Tari Wirahmasari.
Bersama cucu R Sambas bernama R Abay Soebardja (Pak Abay).Perguruan tari ini dibuka kembali di Gedung Nasional Cicalengka selama 3 tahun, di bawah asuhan kolonel Tatang Maulana.
Jauh sebelum wafat, R Sambas Wirakoesoemah, telah menunjuk Abah Ondik yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) untuk menjadi juru kendang diperguruan tari tersebut.
Namun, Pak Abay pindah ke Bandung, Sementara Abah Ondik meneruskan pelatihan di Rancaekek.

Abah Ondik menjadi juru kendang sekaligus pelatih tari badaya wirahmasari rancaekek sampai tahun 2004. Setelah itu, tari badaya wirahmasari rancaekek seakan tidak lagi dikenal di wilayahnya. Tari ini hanya dikenal di kalangan terbatas khususnya para akademisi seni.
“Hanya kalangan terbatas yang mengenal tari ini sebagai identitasRancaekek, seperti para akademisi itu pun dengan materi tari yang sudah mengalami gubahan atau perkembangan, bukan yang original,” terang Abah Ondik
Revitalisasi Tari Karawitan Putri
Beberapa waktu lalu, ada salah seorang peneliti seni bernama Kustiana yang tertarik merevitaliasi tari badaya wirahmasari rancaekek sebatas dalam bentuk literasi.
Kebetulan salah seorang seniman dari Rancaekek, Devi Supriatna turut membantu dan berinisiatif untuk merevitalisasi tari badaya wirahmasari rancaekek yang aslinya.
“Hal ini dilakukan untuk mengembalikan identitas rancaekek sebagai gudangnya seni dan seniman. Sekaligus mengembalikan ingatan tentang senitari badaya wirahmasari asli dari Rancaekek,” Devi mengisahkan.
Untuk itu, mereka pun bersama dengan perwakilan sanggar yang ada di Rancaekek dan anak muda di Rancaekek menggelar pelatihan tari badaya wirahamasari di Sanggar Cantika Studio pimpinan Yadi Yakob di Komplek Bumi Kencana Rancakek setiap Sabtu dan Minggu.
“Dalam pelatihan ini, kami pun sering menghadirkan Abah Odik yang kini telah berusia 74 tahun untuk memberikan pelatihan tari badaya wirahmasari rancekek yang original,” bebernya.
“Semua kegiatan ini diadakan dengan nol rupiah, bermodal rasa untuk melestarikan tari badaya wirahmasari rancaekek sebagai identitas kami,” sambungnya.
Dengan adanya revitalisasi ini diharapkan, dapat menjadi bentuk pendokumentasian dan memasyarakatkan tari badaya wirahmasari rancaekek sebagai salah satu bahan ajar di setiap sanggar tari di Rancaekek.
“Selain itu, sebagai bentuk apresiasi kepada Abah Ondik yang melestarikan tari badaya wirahmasari rancekek,” pungkasnya. (*/Golali.id)
Dok : Devi Supriatna