Pengolah kopi ekselsa, Rey menjelaskan kopi ekselsa bisa diklasifikasikan sebagai jenis liberoid atau liberika.
“Jenis kopi ekselsa di Jabar itu peninggalan dari Belanda, jadi pohonya tinggi besar, dengan karakter berbeda dari arabika dan robusta yang hanya bertahan 15 tahun lalu ditanam ulang,” kata Rey di Gedung Sate, Kamis 16 Mei 2024.
Rey menjelaskan, karena pohonnya yang tinggi dan besar, kopi ekselsa memiliki keunggulan untuk menyediakan oksigen secara alami.
“Ekselsa ini semakin besar produktivitas buah kopinya akan semakin tinggi. Kaitannya dengan krisis iklim misalnya, bisa membantu juga untuk ketersediaan oksigen secara alami,” kata Rey.
Rey menambahkan, kopi ekselsa memiliki pendekatan berbeda dalam pengolahannya sampai bisa dinikmati dalam cangkir atau sloki.
“Jadi memang harus memahami dulu morfologi dari buah kopinya. Untuk mendapatkan ekselsa yang cukup nikmat diminum harus melalui pendekatan (khusus), proses yang cukup panjang,” jelas Rey.
Rey menyebutkan, kopi ekselsa selain ada di Sumedang juga ada di Cililin (Kabupaten Bandung Barat) dan Kabupaten Kuningan.
“Harapannya ada edukasi dari Disbun Jabar, bisa mengedukasi dulu bahwa ekselsa itu jenis kopi lainnya bukan termasuk ke dalam arabika maupun robusta, jadi bisa dinikmati dulu,” tutup Rey.
Brewer (penyeduh kopi dengan cara manual) asal Jabar, Ryan Wibawa menerangkan kopi ekselsa memiliki karakteristik tersendiri, yakni aroma khas buah-buahan, cokelat, dan rempah dengan rasa dominan yang manis tetapi bukan manis dengan gula.
“Kopi ekselsa ini punya karakteristik rasa yang dominan manis seperti sugarcane (tebu) kalau saya bilang, dan ekselsa ini bisa men-support kopi (digabung dengan jenis kopi berbeda) lainnya,” jelas Ryan. (Humas Pemprov Jabar/Golali.id)
foto : ilustrasi biji kopi (dok : Humas Pemprov Jabar)