Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat Setiawan Wangsaatmaja, menjadi salah satu pembicara pada helatan West Java Investement Summit (WJIS) 2022, di The Trans Convention Center, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Rabu 5 September 2022
Tahun ini tema yang diusung ‘Green Investment: Food Security and Renewable Energy – Securing The New Future.’ Mengacu pada investasi hijau berkelanjutan berfokus pada ketahanan pangan serta transisi energi menuju energi baru dan terbarukan.
Bahan pangan
Pada tema ketahanan pangan, Sekda Jabar mamaparkan kondisi sejumlah bahan pokok di Jabar. Misalnya beras, daging ayam, jagung, cabai rawit, cabai merah, hingga bawang merah, ada pada kondisi surplus dimana ketersediaannya lebih besar dari pada kebutuhan.
Sementara gula pasir, daging sapi, dan minyak sayur, juga pada kondisi aman dengan jumlah ketersediaan yang lebih banyak dari pada kebutuhan masyarakat. Adapun telur, dan bawang putih ada pada kondisi defisit, yang mana kebutuhan lebih besar dibanding ketersediaan.
Sekda Setiawan menuturkan bahwa ketahanan pangan di Jabar juga dipengaruhi sejumlah faktor. Seperti misalnya kondisi lahan dan topografi. Apalagi saat ini lahan pertanian berebut dengan pesatnya perkembangan industri dan perumahan.
Kondisi ini ditambah mayoritas kepemilikan lahan dan ternak yang rendah. Sehingga pengembangan area budidaya menjadi terbatas. Terkait stabilitas pasar yang mana biasanya petani maupun peternak punya akses yang terbatas untuk memasarkan produknya.
Di samping itu konsumsi daging dan sayuran masyarakat juga masih kurang. Begitu pula ongkos produksi pada beberapa titik yang relatif masih mahal.
Kemudian, sumber daya manusia. Kapasitas petani dinilai masih rendah untuk dapat meningkatkan produktivitas. Adapun para petani kebanyakan pada usia lanjut, begitupun latar belakang pendidikan yang masih relatif rendah.
“Biasanya di atas 50 tahun, maka diperlukan regenerasi dengan angkatan yang lebih profuktif,” kata Setiawan.
Sementara permasalahan pada kebijakan ketahanan pangan, ditemui masih rendahnya perlindungan bagi para petani, serta modal kerja terbatas.
EBT
Tema lainnya yang dibahas Setiawan, pada helatan WJIS 2022, yakni terkait energi baru dan terbarukan (EBT). Setiawan Wangsaatmaja menuturkan porsi energi baru terbarukan di Jabar.
Total porsi energi di Jabar yakni 25,87 million tonne of oil equivalent (MTOE), dengan komposisi minyak 39,6 persen atau 7,93 MTOE, gas 25,8 persen 6,68 MTOE, batu bara 20,1 persen setara 5,21 MTOE, dan energi baru dan terbarukan sebanyak 23,4 persen atau sama dengan 6,06 MTOE.
Setiawan juga menuturkan potensi energi baru dan terbarukan di Jabar, di antaranya tenaga angin 12.727 MW, tenaga air 3.508 MW, tenaga matahari 156.63 GWP, city waste biomass 470.82 MWE, industrial waste biomass 167.5 MWE, dan geothermal 5.956,80 MW.
“Jawa Barat punya banyak gunung, tidak cuma gunung tapi juga laut, juga yang lainnya, Jabar memang lengkap,” katanya.
Setiawan merinci, di Jabar setidaknya sudah terdapat sekitar 72 micro hydro power plant, 144 solar power plant, 9 geothermal power plant, 39 mini hydro power plant.
Menurutnya, Jabar juga berkomitmen fokus terhadap transisi energi untuk mengantisipasi terjadinya krisis energi. Misalnya dengan gencar menggunakan dan menyosialisasikan penggunaan kendaraan listrik.
Pengaplikasian panel surya di atap bangunan, penggunaan generator listrik di sektor perusahaan, dan tak boleh ketinggalan yakni peningkatan kapasitas sumber daya manusianya.
Maka kondisi- kondisi pada sektor ketahanan pangan maupun energi baru terbarukan, merupakan potensi yang dapat menjadi gambaran untuk para investor berinvestasi di Jabar pada tema ‘green investment’ atau investasi hijau. (Humas Pemprov Jabar/Golali.id)
Foto : Humas Pemprov Jabar