Hallway Space Pasar Kosambi, yang berada di lantai 2 Pasar Tradisional Kosambi  Kota Bandung terus menggeliat setelah diresmikan sebagai salah satu pusatnya industry kreatif pada 1 Oktober 2020 ini.

Keramaian Hallway Space Kosambi baru terasa menjelang petang, berbagai tenan yang menghadirkan produk industri kreatif mulai dari fashion, kuliner, musik, kerajinan tangan atau kriya, otomotif, dan lain-lainnya banyak diburu para pengunjung.

Beragam aktivitas terlihat di tempat yang luasnya mencapai 1.400 meter persegi, mengutip rilis dari Humas Pemkot Bandung sejumlah pemuda nampak sedang duduk di depan gerai atau ruko Hallway. Mereka tengah berbincang dan ada pula pengunjung yang melihat-lihat ke dalam toko.

Di bagian tengah, terdapat puluhan meja dan kursi serta tenan kuliner mulai dari makanan berat hingga kopi. Anda bebas memilih di mana akan duduk dan memesan makanan.

Pada bagian ini  dipenuhi anak-anak muda yang sedang menghabiskan waktu di sore hari. Tidak ada batas usia. Mulai dari  para  pelajar sekolah, mahasiswa, hingga pemuda yang sedang nongkrong di sini.

Sebagai ruang kreatif dengan banyak wahana yang bisa dikunjungi, para pengunjung di Hallway bisa dibilang merupakan orang acak.

Ada di antara mereka yang sekadar bertemu temannya, ada yang memang hendak makan, atau sedang mencari sesuatu semisal pakaian, produk kerajinan, atau berfoto di salah satu studio foto yang menjadi tenan di Hallway.

Saat ini, sudah ada “tiga angkatan” tenan di Hallway. Tiga angkatan di sini merujuk pada tiga tahap pembangunan yang dilakukan oleh Hallway.

Salah satunya Srikandi Herbatari. Wanita yang akrab disapa Cici ini, sedang sibuk mengurusi tenan Waffle n Chill, usaha kuliner yang dijalankannya sejak 2021.

“Sebelum buka usaha di sini, aku memang sudah jadi anak nongkrong Hallway sejak pertama kali buka. Makanya, aku sudah mengincar tempat ini karena sejalan sama target market usaha kulinerku,” terangnya.

Sebagai pelaku industri kreatif di Bandung, Cici merekomendasikan Hallway bagi anda yang belum pernah mampir ke sini. Menurutnya, Hallway adalah salah satu ruang kreatif dengan banyak pilihan produk kreatif, sehingga sangat direkomendasikan untuk dikunjungi para pecinta industri kreatif dari manapun.

Lokasi yang strategis dan dikunjungi orang secara acak pula yang menjadikan pelaku industri kreatif tertarik membuka usaha di sini. Arien Kartika, seorang artisan teh, mengakui hal tersebut.

Arien bersama suaminya membuka kedai teh Dekat Tea di Hallway sejak 2019 alias sejak pembangunan tahap satu. Kendati tidak sepopuler kopi, namun Arien merasa usaha kedai teh yang dijalankannya tidak pernah sepi pengunjung.

“Mungkin minum teh bisa dilakukan sambil nongkrong dan ngobrol bareng teman. Oh ya, memang sih sejak kita buka di sini, orang lebih gampang kalau mau tahu kita,” ungkap Arien.

Satu lagi tenan yang kami jumpai adalah Anticlass. Ujang Rahmat alias Gebeg adalah pemilik tenan ini. Ya, Gebeg dikenal sebagai drummer sejuta band karena kerap mengisi posisi drum di banyak band Kota Bandung dan berbagai jenis musik.

Sebagai seniman yang sudah malang melintang sejak dekade 90-an, Gebeg merasa senang Kota Bandung punya satu ruang kreatif seperti Hallway. Ia menyadari potensi besar yang dimiliki Bandung sebagai kota kreatif.

“Sekarang banyak yang nanya, Bandung ke mana nih (industri kreatifnya)? Kalau saya sih berpandangan, mungkin sebelum daerah lain memulai, kita sudah mulai duluan,” ujarnya.

Bicara soal industri kreatif, Gebeg mengaku masih ada banyak pekerjaan rumah para pelaku industri ini di Kota Bandung mulai dari individu hingga level Pemerintah. Salah satu pekerjaan rumah yang disebut Gebeg adalah ketersediaan ruang kreatif di Bandung.

Kendati begitu, Gebeg mengaku optimis masa depan industri kreatif di Bandung akan lebih baik lagi dari yang sudah baik. Menurutnya, modal kolektif yang dimiliki masyarakat Kota Bandung merupakan satu aset besar.

Salah satu pengunjung Andri (21)  yang datang bersama lima orang kawannya, sedang berkumpul di sebuah meja di depan salah satu tenan Hallway. Setelah memesan satu meja, keenam pemuda ini berpencar: ada yang mencari pakaian, ada yang memesan makanan, ada yang melihat ke toko musik.

Mereka mengaku punya tempat nongkrong sekaligus persinggahan baru sejak 2021.

“Setelah ada corona, kami jadi enggak pernah ketemu lagi. Susah kalau mau nongkrong. Begitu ada pelonggaran PPKM, kami bingung cari tempat nongkrong di mana. Pas tahu ada Hallway, kalau ketemuan teman ya di sini,” ceritanya.

Idris (21) yang juga sedang nongkrong di sana berharap pandemi Covid-19 benar-benar berakhir, khususnya di Kota Bandung. Dengan begitu, aktivitas dan hobinya sebagai pecinta musik metal bisa tersalurkan.

“Mudah-mudahan bisa nonton konser lagi. Dan mudah-mudahan ada banyak tempat yang seperti Hallway lagi. Soalnya anak kreatif di Bandung banyak banget,” pintanya. (*/Golali.id)

Foto : Humas Pemkot Bandung