Berawal dari hobi membaca, seseorang bisa menekuni sesuatu yang menjadi passionnya. Ini pula yang dirasakan penulis skenario film-film box office Indonesia, Salman Aristo.

Nyokap (ibu-Red) gue sempet bingung. Dari kakek tidak ada yang seniman, guru semua,” ucap Salman Aristo ketika IG Life Penulis @Afuadi pada Sabtu, 6 Februari 2021.

Namun, kata lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung ini, bakatnya menjadi seorang pencerita sudah terlihat saat dirinya masih berusia 5 tahun.

“Kalau story telling itu sudah sejak kecil. Gue sering sekali menghilang dan ditemukan sudah dikelilingi orang, saat itu ditemukan sedang bercerita,” kenang sutradara film ini.

Salman mengisahkan, pengalaman lucu yang sering diceritakan ibunya tentang kebiasaannya bercerita. Pada saat itu Salman berusia 5 tahun, saat dibawa pulang pertama kali ke kampung halaman orangtuanya di Payakumbuh, Sumatera Barat.

Gue dibawa nyokap ke pasar, di pasar itu gue bercerita kepada orang-orang. Orang-orang itu enggak ngerti gue cerita apa begitupun dengan bahasanya. Tetapi mereka tetap mendengarkannya,” imbuh produser film ini.

Salman Aristo dekat dengan bahan bacaan

Menurut pendiri Wahana Kreator Nusantara, ketertarikannya dengan dunia story telling dan menulis karena kedekatannya dengan berbagai bahan bacaan seperti koran, majalah, dan buku.

Bokap (bapak-Red) selain sebagai pegawai negeri sipil (PNS) adalah agen koran dan kolektor buku. Terus lihat om dan tante yang pada kuliah, kalau di rumah suka asyik baca buku, jadi pengen ikutan baca. Nah, dulu sebelum bisa baca, biasanya minta dibacain buku sama om dan tante,” ungkap Music Director ini.

Waktu berusia 5 tahun dan belum masuk Sekolah Dasar (SD), Salman sudah bisa membaca sehingga banyak buku yang mulai dibaca. Dari sana Salman mulai tergelitik untuk menyampaikan kepada orang lain tentang apa yang dibacanya.

“Dan pengen bikin cerita sendiri,” tutur Salman.

Saat duduk di bangku SD, Salman banyak membaca majalah yang isinya penuh dengan cerita pendek. Mulai dari majalah anak-anak sampai remaja, seperti Majalah Bobo, Hai, Ananda, Aneka, sampai Gadis.

“Karena bokap kan agen koran, jadi sebelum diedarkan gue udah baca duluan,” ujar Salman yang telah menulis berbagai skenario film dan mengadapatasi skenario film dari novel.

Setelah duduk di SMP, tidak hanya majalah yang menjadi bahan bacaannya melainkan koleksi buku dari ayahnya yang juga lulusan ilmu komunikasi.

“Pas udah SMP masuk ke koleksi bokap, buku teori komunikasi. Tapi yang paling nempel bacaan tentang cerita,” urai Produser dan Penulis Skenario Film Negeri 5 Menara ini. (*/Golali.id)

Dok : Instagram @Afuadi