Ahli sejarah dari Unpad, Fadly Rahman, M.A., menerangkan, sudah sejak lama sambal berfungsi sebagai penggugah selera makan.
“Sebelum cabai masuk ke Nusantara, nenek moyang orang Jawa menggunakan cabya jawa (Piper retrofractum), lada (Piper nigrum), dan jahe (Zingiber officinale) sebagai bahan membuat sambal. Lain hal dengan di Sumatra Utara yang memiliki andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC), tanaman khas yang sejak dulu hingga kini digunakan sebagai pecitarasa pedas,” kata Fadly dikutip dari website Unpad, Minggu 6 November 2022.
Lebih lanjut, Fadly mengungkapkan, budidaya cabai dari benua Amerika yang terus berkembang diikuti pula dengan kian berkembangnya nafsu makan masyarakat Nusantara terhadap sambal.
Fadly bercerita, pada 1621, seorang petualang Prancis, Augustin de Beaulieu, dijamu makan di Istana Aceh. Ia dibuat begitu terkesima dengan sajian hidangan yang melimpah ruah. “Satu sajian yang tidak ia sentuh adalah sambal. Bagi orang Eropa seperti Beaulieu, sensasi pedas sambal terkesan begitu mengkhawatirkan bagi pencernaannya. Kesan itu tetap bertahan pada abad-abad kemudian,” tuturnya. (Yatni Setianingsih/Golali.id)