Masker menjadi salah satu item fashion yang wajib digunakan masyarakat, di kala pandemi Covid-19.
Berbagai profesi, harus terbiasa menggunakan masker dalam aktivitasnya. Begitu juga para seniman seperti penari harus menggunakan pelindung diri ini, saat melakukan pementasan.
Masker atau mouth shield sebagai bagian dari kostum para penari, tidak hanya sekedar menutupi bagian hidung dan mulut guna menghindari penyebaran Virus Corona.
Masker pun harus nyaman saat digunakan menari, sekaligus menampilkan estetika yang indah disesuaikan dengan kostum para penari.
Itulah yang mengilhami Devi Supriatna pemilik sekaligus desainer Dave Badjoe, meluncurkan Mouth Shield Visible Smile yang cantik.
“Awalnya (awal pandemi Covid-19), saya produksi masker bahan lurik dan jeans, hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar. Intinya sih hanya untuk mode. Tapi memang agak kurang peminat,” cerita Dave saat berbincang secara daring dengan Golali.id, baru-baru ini.
Memasuki masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) proposional dan berlanjut dengan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).
Beberapa kegiatan pentas seni mulai mendapatkan kesempatan untuk tampil, meskipun harus berada dalam kondisi yang berbeda.
“Kepikirannya (membuat Mouth Shield Visible Smile) saat mulai PSBB longgar. Dan acara pernikahan khususnya yang ada jasa kesenian diperbolehkan namun dengan protokoler kesehatan yang ketat,” terang Dave.
Hiasan pada masker
Mulanya Dave yang juga seniman tari ini, membuat masker kain dengan hiasan payet (hiasan berkilap, berbentuk bulat kecil yang dilekatkan pada baju, sepatu, topi, dan sebagainya) yang disesuaikan dengan kostum.
“Masker kain ini memiliki kelemahan, saat dipakai menari jadi sulit bernapas. Meskipun begitu, kita para penari tetap bertahan untuk memenuhi persyaratan,” ucap Dave.
Dave bersama penari yang lain merasa semakin tidak nyaman, sampai hilang konsentrasi. Bahkan hanya satu tarian saja, para penari merasa seperti habis menari 10 tarian medley.
“Kondisi seperti ini saya pikir sudah tidak sehat. Memang iya kita para seniman kembali hidup dengan adanya acara. Tapi saya pikir kita bunuh diri dengan cara seperti ini. Ini harus ada solusi,” sambung Dave.
Guna memberikan kenyamanan, Dave berganti memakai face shield. Menurut Dave untuk pernapasan memang lebih nyaman. Tetapi untuk penari perempuan khususnya yang menggunakan aksesoris di kepala seperti siger, merasa terganggu.
“Secara estetika keindahan juga kurang mendukung,” imbuh Dave.
Percobaan dalam membuat masker, Ayah satu orang putri ini pun, mencari alternatif masker yang nyaman dan indah digunakan.
Pada suatu kesempatan, Dave melihat ada pengantin yang menggunakan mouth shield .Dave kemudian mencari model dan harga mouth shield di mesin pencarian google.
“Harganya lumayan sangat tinggi. Dari situ saya kepikiran untuk membuat sendiri dengan membuat kerangka dari kawat jemuran,” ujar Dave.
Lalu ditambah hiasan dari lem lilin yang dibentuk motif batik dan ditempel dipinggiran mika. Tak lupa ditambah batu-batu permata untuk pemanis.
“Hasilnya lumayan secara tampilan. Namun untuk dudukan dagunya masih kurang nyaman karena kebesaran dan sangat tebal.Tapi waktu itu respon pelaku seni lain lumayan bagus,” kata Dave.
Beberapa penari mulai pesan juga, Dave pun terus memperbaiki desain pada bagian dagu. Menggunakan alas kawat yang menempel pada dagu.
“Saya coba cek pasar. Dicobain ke yang pernah pesan mouth shield sebelumnya. Katanya hasil percobaan yang kedua ini, lebih ringan namun dudukan dagunya kurang nyaman,” jelas Dave.
Untuk proses ketiga, Dave mencoba memperbaiki untuk mangkuk dudukan dagunya.
“Dengan menempelkan mangkuk bahan mika yang lentur, seukuran dagu (desain saya buat) dan kembali tapi saya sematkan pada dudukan tersebut. Setelah cek pasar mereka lebih suka desain mangkuk dudukan dagu yang ketiga,” imbuh Dave.
Percobaan mouth shield yang terakhir ini, lanjut Dave jauh lebih ringan, nyaman bergerak meskipun dengan tarian atraktif.
Kostum
Dave mengaku melalui masker buatannya ini, tidak hanya membuat nyaman para pengisi pertunjukan tetapi juga menambah pendapatan keluarganya.
” Mouth shield ini sebetulnya siapa saja boleh pakai. Pengantin, atau untuk kebutuhan apapun. Di sini saya kasih judul mouth shield untuk penari, karena secara tampilan memang disesuaikan dengan kostum penari,” papar Dave.
Bahan yang digunakan untuk masker ini yakni kawat dengan ketebalan 2 inci, mika kaku, mika lentur, lem lilin, karet, pewarna (silver dan gold), serta batu-batu permata.
Sampai sekarang Dave memasarkan karyanya ini melalui akun instagram @davebadjoe dan facebook dave badjoe.
Produksi sendiri
Proses produksi dilakukan sendiri Dave di kediamannya yang berada di Grand Zamzam Residence Blok C No 2, Jalan Rancakihiang, Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung.
“Untuk harga saya coba buat se-ekonomis mungkin. Kebutuhan satu grup penari, berarti membutuhkan banyak mouth shield . Sampai sekarang pemesan yang paling jauh baru sekitar Cirebon. Untuk pemasaran saya posting di sosmed (sosial media) dan dibantu temen-teman yang sudah memesan juga mereka posting,” beber Dave. (*/Golali.id)
Foto : Dok Dave Badjoe