Lokasi atau alamat Masjid Pesantren Cijawura di Jalan Margasari No 221 A Kelurahan Margasari Kecamatan Buah Batu, Kota Bandung Provinsi Jawa Barat.
Pimpinan Pondok Pesantren Cijawura, H.M Asep Usman Rosadi menceritakan, perjalanan dan kisah Masjid Pesantren Cijawura sebagai saksi bisu syiar Islam dan gugurnya 200 pejuang Jawa Barat pada tahun 1946.
Asep adalah generasi ketiga dari pemilik masjid sekaligus pondok pesantren ini. Ia menjelaskan, awalnya bangunan tersebut hanya berupa musala pada tahun 1925.
“Tapi dibuatlah menjadi masjid sebagai upaya untuk membina masyarakat dalam bidang agama di Cijawura. Masjid ini pun didirikan oleh Abah H. Abdul Syukur,” jelas Asep.
Abah Abdul kemudian mencari sosok yang mampu mengajarkan agama kepada masyarakat sekitar Cijawura. Ia mendatangi pesantren di Sukamiskin. Di sana ia bertemu dengan sosok bernama Burhan.
“Abah memilih mantu yang juga ia percayai memegang amanah tersebut. Terpilihlah K.H.R.M Burhan untuk menjalankan dakwah di Cijawura,” lanjutnya.
Tak berhenti sampai di situ, Abah Abdul juga ingin mendirikan pesantren. Maka dari itu, pada tahun 1930 didirikanlah pesantren bersamaan dengan membangun masjid.
“Sifatnya inklusif, siapapun bisa masuk ke masjid ini. Maka dari itu, nama masjid ini pun sengaja dipilih dengan bahasa setempat yakni Masjid Pesantren Cijawura,” ungkapnya.
Menurut Asep, dijadikannya nama daerah sebagai nama masjid dan pesantren bertujuan agar orang bisa merasa lebih dekat, mudah diingat, dan mudah dikenal.
Kemudian, pada tahun 1945, pondok pesantren ini menjadi basis atau posko pertahanan para pejuang dalam rangka mempertahankan Republik Indonesia.
“Tahun 1946 ketika salat Jumat, terjadi penyerangan oleh tentara Belanda dari segala penjuru. Akibat kejadian itu, sekitar 200 syuhada gugur,” ucapnya.
Awalnya para pahlawan yang gugur ini dimakamkan di halaman masjid. Tapi, pada tahun 1993 Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung memindahkan makamnya ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Cikutra.
“Para syuhada ini sebenarnya dimakamkan di halaman masjid. Namun, sebagai bentuk menghargai jasa para syuhada, akhirnya Pemkot Bandung saat itu memindahkan makam ke TMP. Bentuknya memang bukan makam utuh karena saat awal gugur pun para pahlawan ini ditembaki di satu lubang,” tuturnya.
(Humas Pemkot Bandung/Golali.id)
foto : Humas Pemkot Bandung