Novel Rasina adalah salah satu karya dari sastrawan dan novelis, Iksaka Banu yang diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia pada tanggal 24 Februari 2023.
Novel Rasina merupakan fiksi sejarah yang mengambil latar kehidupan tahun 1755 di Batavia-Ommelanden dan tahun 1621 di Banda.
Iksaka Banu menjelaskan ide penulis Novel Rasina, setelah Iksaka Banu menulis buku kumpulan cerita pendek berjudul Teh dan Pengkhianat (terbit tahun 2019), terutama pada bagian cerita pendek (cerpen) Kalabaka, banyak pembaca yang tertarik terkait cerita detail kondisi dan peristiwa di Banda tahun 1621 pada cerpen Kalabaka.
“Banyak input yang masuk ingin mengetahui secara detail peristiwa 1621. Sampai tahun 2013 di buku-buku sejarah itu seperti diskip atau pun ada hanya sepintas tentang penaklukan Banda, sehingga membuat saya ingin membuat cerpen Kalabaka (Buku Teh dan Pengkhianat) menjadi novel Rasina,” beber Iksaka Banu saat menjadi narasumber dalam Diskusi Buku #24 Temu Sejarah: “Rasina” bersama penulisnya, Iksaka Banu, Kamis 1 Agustus 2024 secara online.
Padahal sambung Iksaka Banu, di Banda pada tahun 1621 terjadi peristiwa genosida kepada orang-orang Banda dan monopoli pala antara Inggris, Belanda, dan Portugis yang dimenangkan Belanda. Seperti diketahui pala adalah komoditas utama yang diperbutkan bangsa Inggris, Belanda, dan Portugis. Banda adalah kawasan penghasil rempah khususnya pala.
(Dok : Penerbit KPG)
Sementara terkait dengan tokoh Rasina yang menjadi judul novel ini, diceritakan pada plot tahun 1755 di Batavia-Ommelanden.
Rasina adalah seorang budak bisu yang leluhurnya menjadi korban pembantaian massal oleh Jan Pieterszoon Coen saat VOC berupaya membangun monopoli perdagangan pala di Banda pada tahun 1621. Sebagai pelayan rumah tangga sekaligus budak nafsu tuannya, Rasina menjadi saksi hidup banyak hal tak terduga yang membuat jiwanya terancam.
“Rasina dipotong lidahnya, Rasina tokoh utama atau tokoh sentral. Dijual sebagai budak, dibeli seorang saudagar pedagang budak, wajahnya rupawan, jadi budak seks tuannya. Untuk membungkamnya lidahnya dipotong,” kata Iksaka Banu.
Di Batavia-Ommelanden, Rasina bertemu dengan petugas hukum, Jan Aldemaar Staalhart dan Joost Boorsveld. Pada masa itu, Jan Aldemaar Staalhart dan Joost Boorsveld, bertemu kembali dengan peristiwa penyelundupan budak dan opium yang mirip dengan tahun 1621 di Banda.
Melalui Novel Rasina, Iksaka Banu ingin mengajak semua pihak untuk mengetahui sejarah dari Indonesia yang seringkali kurang diperdalam, menurutnya sejarah Indonesia terdiri dari 3 waktu yaitu :
= Sejarah (Historiografi) Tradisonal (zaman kerajaan)
= Sejarah Kolonial
= Sejarah Nasional
“Saya ingin menyampaikan pesan kalau kita melihat sejarah di masa lalu jangan pilih kasih,” pesan Iksaka Banu. (Yatni Setianingsih/Golali.id)