Kota Bandung Bakal Miliki 80 Posyandu Remaja Tahun Ini

Dinas Kesehatan Kota Bandung berkolaborasi dengan Karang Taruna di wilayah kerjanya masing-masing berkomitmen membentuk 80 Posyandu Remaja di Kota Bandung sepanjang tahun 2022. Hal ini dicanangkan melalui pertemuan Inisiasi Pembentukan Posyandu Remaja Kota Bandung di Hotel Horison, Senin 11 April 2022.

Hadirnya, Posyandu Remaja ini salah satunya berkaca kepada Hasil Survey Kesehatan Berbasis Sekolah di Indonesia tahun 2015 pada usia 12-18 tahun menunjukkan sebanyak 41,8 persen pelajar laki-laki dan 4,1 persen pelajar perempuan mengaku pernah merokok dan 32,82 persen di antaranya merokok pertama kali pada umur di bawah 13 tahun.

Data yang sama menunjukkan 8,26 persen pelajar laki-laki dan 4,17 persen pelajar perempuan pernah melakukan hubungan seksual, serta berbagai permasalahan kesehatan lainnya. Kompleksnya permasalahan kesehatan pada remaja memerlukan penanganan yang komprehensif dan terintegrasi melibatkan semua unsur.

Menurut SubKoordinator Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Bandung, Dewi Primasari Posyandu Remaja dibentuk agar dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi remaja serta mendorong kebiasaan-kebiasaan baik pada remaja agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang merugikan kesehatannya di masa depan, seperti merokok, perilaku seks bebas, jarang sikat gigi, minim aktivitas fisik, kurang makan buah dan sayur, dan sebagainya.

“Tujuan umum Posyandu Remaja adalah untuk mendekatkan akses dan meningkatkan cakupan layanan kesehatan bagi remaja. Intervensi masalah kesehatan usia sekolah dan remaja berpengaruh pada perilaku, lingkungan, genetik, dan pelayanan kesehatan. Salah satu prinsip Posyandu Remaja dengan mendekatkan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dari, oleh, dan untuk remaja yang ada di setiap Kelurahan,” kata Dewi dalam rilis HUMAS DINKES BANDUNG.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bandung, Anhar Hadian menyebutkan tantangan menyelenggarakan Posyandu Remaja adalah bagaimana caranya mengajak para remaja datang ke Posyandu.

“Kalau Posyandu Balita, orang tua akan datang membawa balitanya karena memiliki kepentingan untuk mengetahui perkembangan anaknya. Posyandu Lansia, pesertanya akan datang sendiri karena mereka membutuhkan wadah untuk berkumpul dan bersosialisasi, sedangkan remaja tidak bisa diajak ke Posyandu ketika jam kerja Puskesmas karena itu masuk jam sekolah mereka,” beber Anhar.

Ia menegaskan Posyandu Remaja membutuhkan inovasi, agar dapat mengundang ketertarikan remaja untuk berkonsultasi seputar kesehatan ataupun mendapatkan edukasi di Posyandu. Hal ini bisa tercapai apabila pesan yang disampaikan menarik bagi kaum remaja.

Seputar jati diri

Psikolog dari Pusat Riset Unpad, Mawar Nitta Pohan menjabarkan tentang ruang lingkup pendidikan kesehatan dalam Posyandu Remaja adalah seputar jati diri yang akan membantu remaja membentuk dirinya dalam mengambil keputusan.

“Posyandu Remaja seharusnya membantu dan membimbing remaja agar mereka mempunyai bekal yang cukup menuju masa dewasa saat menentukan keputusan,” sambungnya.

Terkait hal ini, ia menyarankan agar penguatan pendidikan kesehatan remaja dalam Posyandu Remaja perlu mengutamakan pendekatan terlebih dahulu kepada sekolah karena sekolah berperan penting dalam kehidupan remaja. Selain itu, perlu ada isu menarik yang sesuai dengan minat para remaja.

Ketua Karang Taruna Kota Bandung, Andri Gunawan juga menunjukkan dukungan dan komitmennya dalam penyelenggaraan posyandu remaja di wilayah kelurahan-kelurahan di Kota Bandung. Andri mendorong integrasi kegiatan Karang Taruna Kelurahan dengan kegiatan Posyandu Remaja sehingga remaja dapat mendapatkan lebih banyak manfaat dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. (*/Golali.id)

foto : Humas Dinkes Bandung