Kolontong adalah salah satu kudapan atau cemilan atau makanan ringan, khas yang berasal dari kuliner Sunda.

Kolontong terbuat dari beras ketan yang dikukus lalu ditumbuk menggunakan lumpang dan halu (alat penumbuk tradisional khas Sunda, lumpang terbuat dari batu dan halu terbuat dari kayu). Kemudian dicampur dengan sedikit santan dan larutan gula merah atau putih. Kembali ditumbuk sampai kalis.

Kemudian dipipihkan sampai berbentuk bulat atau persegi, lalu di jemur sekitar 3 jam di bawah terik matahari, sampai teksturnya setengah kering. Selanjutnya dipotong lebih kecil menggunakan gunting, biasanya berbentuk persegi panjang.

Lalu kolontong dioven atau disangrai. Setelah itu dicampurkan dengan larutan gula merah atau gula putih dengan cara dipanasakan, hingga terbentuk caramelisasi.

Kolontong memiliki ciri khas berwarna cokelat jika menggunakan larutan gula merah, sementara untuk kolontong menggunakan larutan gula putih akan berwarna putih kekuningan atau kream. Kolontong bertekstur garing dan renyah saat digigitt. Kolontong memiliki rasa yang manis legit.

Kolontong sangat pas disantap dengan kopi pahit atau teh pahit. Dalam masyarakat Sunda, kolontong sering menjadi salah satu makanan yang hadir dalam acara hajatan atau resepsi pernikahan dan khitanan. Kolontong pun menjadi makanan ringan yang disajikan kepada tamu, saat perayaan Lebaran Idul Fitri.

Di kawasan Bandung Raya, kolontong dapat ditemukan di pasar tradisional dan toko oleh-oleh. Salah satu kawasan di Bandung Raya yang menjadi sentra pembuatan kolontong berada di Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung. (Yatni Setianingsih/Golali.id)