Setiap penulis pasti memiliki keinginan untuk menerbitkan buku, apapun itu genre tulisannya baik fiksi maupun fiksi. Namun, seringkali ada rasa tidak percaya diri untuk menembus penerbit mayor maupun menerbitkan secara indie.
Dua penulis yang telah menerbitkan banyak buku fiksi dan nonfiksi, Nimas Rassa dan Catatan Ariesta berbagi kisah yang mendorong keduanya berhasil menjadi penulis dan menerbitkan tulisannya dalam berbagai judul buku dan novel.
Hal ini yang beberkan Nimas Rassa dan Catatan Ariesta dalam program baru dari Sindikasi Aksara kisah-kisah dari balik halaman: BUKU KEHIDUPAN, berupa diskusi yang disiarkan secara langsung dalam live instagram @sindikasiaksara pada edisi perdana Kamis malam, bertema “Sunyi yang Menghidupkan: Menulis dari Dalam Diri”.
Menurut Nimas Rassa, dukungan dari lingkungan sekitar mulai dari orang tua dan teman-teman dekatnya yang membuat Nimas Rassa percaya diri (PD), untuk menerbit karya-karya tulisannya yang sebelumnya tersimpan di laptopnya.
“Dorongan dari lingkungan sekitar, untuk menerbitkan tulisan. awalnya bingung harus diterbitkan melalui penerbit mana, tanya ke teman-teman. Termasuk saat menuliskan kisah sendiri, awalnya siapa saya, apakah ada yang mau membaca? Tapi ada dukungan dari teman-teman, saya tanya ke teman-teman layak enggak terbitkan buku tentang diri sendiri?” Kata Nimas Rassa.
Nimas Rassa mengakui ada rasa tidak PD berupa mental block. Sehingga ada rasa karya yang ditulis tidak patut untuk diterbitkan.
“Setiap manusia ada mental block, merasa cerita kita enggak bagus. Tapi kita harus hancurkan mental block ini. Tapi kadang-kadang ini yang membuat ragu, butuh support system dari teman-teman,” sambung Nimas Rassa.
Sementara, Catatan Ariesta mengaku langkah menerbitkan buku karya tulisnya langsung mengirimkan ke penerbit buku mayor (nasional), namun sayangnya ditolak.
“Dari sejak sekolah sudah kirim tulisan ke penerbit mayor (karena belum tahu ada jenis-jenis penerbit indie dan lain-lain) saat itu kirim ke 20 penerbit, tapi tidak ada yang respon,” ucap Ariesta.
“Dapat informasi dari teman, (tentang) penerbit yang menerbitkan buku gratis, setelah itu ingin terus menulis dikirim ke penerbit indie. Setelah diterbitkan, coba ke penerbit mayor tapi ditolak lagi,” beber Ariesta.
Akibat penolakan dari penerbit mayor, Ariesta mengatakan sempat ingin menyerah tetapi Ariesta ingat mimpinya dan orang tuanya untuk menjadi penulis buku best seller.
“Sempat nyerah tapi ingat mimpi untuk menjadi penulis best seller, akhirnya semangat lagi menulis dan menerbitkan kembali buku yang telah dijual di Toko Buku Gramedia. Support dari orangtua terutama ibu, jadi penulis ini merupakan salah satu cara mewujudkan impian ibu,” pungkasnya. (Yatni Setianingsih/Golali.id)