Peneliti Sorgum dari Unpad, Ir. Anas, M.Sc., PhD, mengungkapkan pengolahan sorgum, menjadictepung maupun bahan pangan pengganti beras, memiliki banyak manfaat.
Menurutnya, secara kualitas, tepung sorgum dinilai lebih baik karena tidak mengandung gluten. Hal ini sangat cocok dikonsumsi, terutama bagi penderita autisme. Selain itu, campuran tepung sorgum dalam olahan makanan tidak akan mengubah rasa asli makanan.
Sementara jika dikonsumsi sebagai pengganti beras, sorgum memiliki kandungan protein lebih tinggi daripada nasi. Dosen Departemen Budi Daya Pertanian Fakultas Pertanian Unpad ini, mengatakan, ada banyak potensi lain yang bisa dimanfaatkan dari tanaman sorgum. Selain bijinya, daun dan batang tanaman sorgum juga bisa dimanfaatkan.
“Daun sorgum bisa digunakan untuk pakan ternak, kemudian batangnya kalau di luar negeri sudah biasa digunakan sebagai bahan baku meubel pengganti kayu. Ini dimungkinkan karena batang sorgum terkenal liat dan kuat,” tutur Anas dikutip Golali.id dari website Unpad, Minggu 7 Agustus 2022.
Sorgum di Indonesia
Saat ini, sambung Anas, dalam mengembangkan budi daya sorgum di Indonesia, pemerintah sebaiknya fokus dalam mendukung pada sektor pengolahan pascapanen.
“Pemerintah membuat berbagai inovasi pengolahaan tepung sorgum jadi berbagai macam makanan/produk pangan alternatif,” imbuh Anas kepada Kanal Media Unpad.
Alasannya, sebut Anas, dari sisi teknologi dan budi daya, banyak petani yang dapat menanam sorgum dengan baik. Hal ini karena sorgum merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan, cocok ditanam di iklim tropis, dan kuat dari serangan hama. Proses budi dayanya pun hampir mirip dengan budi daya jagung.
“Sebetulnya sama seperti jagung, tanamannya tidak manja. Hama utamanya hanya burung. Petani yang terbiasa menanam jagung akan berhasil menanam sorgum,” jelasnya.
Anas menilai bahwa permasalahan utama dari budi daya sorgum di Indonesia adalah masih kurangnya pasar yang mau menjual produk olahannya, salah satunya tepung sorgum. Banyak petani yang kebingungan memasarkan produk pertaniannya. Karena itu, dukungan pemerintah terutama dalam memasarkan produk hasil olahan sangat penting. Hal ni sebagai upaya mengenalkan lebih luas mengenai produk turunan sorgum ke masyarakat.
“Contohnya sama seperti mi instan, dulu mi instan itu tidak familiar. Ketika inovasi-inovasi rasa kemudian muncul, mi instan akhirnya menjadi budaya makan orang Indonesia,” imbuh Anas.
Selain mengembangkan produk pangan berbahan tepung sorgum, pemerintah juga bisa menggalakkan kebijakan untuk mencampur tepung gandum dengan tepung sorgum untuk membuat makanan.
“Ada timbangan campuran yang direkomendasikan. Ini yang harus terus digalakkan pemerintah sehingga petani sorgum bisa terus bergerak,” tutur Anas. (Yatni Setianingsih/Golali.id)
Foto : pixabay.com