Singkong atau ketela pohon atau ubi kayu (Manihot esculenta) adalah salah satu umbi yang banyak dimasak menjadi berbagai olahan, terutama dalam kuliner Jawa dan Sunda.
Tak hanya sekedar enak dan lezat untuk disantap, singkong mengandung banyak gizi yang dibutuhkan tubuh. Dikutip dari berbagai sumber inilah kandungan gizi dalam singkong :
= Singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat
Karbohidrat berfungsi sebagai sumber tenaga atau energi, sehingga singkong dapat dipilih sebagai pengganti beras. Seperti masyarakat Kampung Adat Cirendeu di Kota Cimahi, yang menggunakan singkong sebagai makanan pokok.
= Singkong kaya serat yang dapat memperlancar proses pencernaan, sehingga dapat membantu tubuh terhindar dari gangguan susah buang air besar.
= Singkong menyimpan kalsium dan fosfor, yang bermanfaat untuk memperkuat tulang dan gigi, serta memperbaiki sel-sel yang rusak di dalam tubuh.
Ciri khas dari singkong memiliki umbi berwarna putih dan bagian kulit luar berwarna cokelat. Seluruh bagian dari umbi singkong dapat dikonsumsi. Mulai dari kulit dalam singkong berwarna kemerahan, bisa dimasak menjadi olahan tumis yang disebut kadedemes.
Umbi singkong biasanya direbus, digoreng, dan dibubuy. Selain itu bisa juga diolah menjadi keripik, getuk, katimus, opak singkong, comro, misro, kicimpring, endog lewo, gaplek, gathot, dan lain-lain.
Umbi singkong dibuat tepung yang disebut tepung tapioka, tepung gaplek, dan tepung mocaf. Tepung tapioka atau tepung kanji banyak digunakan untuk membuat kerupuk dan aneka kue. Begitupun tepung gaplek dan tepung mocaf, biasanya dibuat aneka kudapan.
Singkong tidak hanya dapat dikonsumsi, tetapi dapat dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan bioetanol, yakni bahan bakar dari tumbuhan (nabati) yang ramah lingkungan.
Selain itu, singkong dapat pula digunakan sebagai bahan campuran produksi kantong plastik yang ramah lingkungan. Kantong plastik dengan campuran singkong, lebih mudah terurai di dalam tanah dibandingkan dengan kantong plastik yang hanya terbuat dari polimer sintetis.
Kantong plastik ramah lingkungan hanya membutuhkan waktu beberapa minggu, untuk terurai di tanah, hal itu tergantung pada kandungan mikroorganime pengurai yang ada pada tanah. Sementara, kantong plastik yang selama ini banyak digunakan oleh kita, membutuhkan waktu bertahun-tahun bahkan hingga ratusan tahun baru bisa terurai di tanah. (Yatni Setianingsih/Golali.id)