Sindikasi Aksara meluncurkan program baru yang menghadirkan kisah-kisah dari balik halaman: BUKU KEHIDUPAN, sebuah seri bincang santai namun bermakna yang mengajak kita melihat bagaimana tulisan dapat menyembuhkan, menguatkan, dan menghidupkan.

Edisi pertama ini bertema “Sunyi yang Menghidupkan: Menulis dari Dalam Diri”, menghadirkan dua narasumber yang telah menjadikan sunyi dan luka sebagai sumber karya—Nimas Rassa dan Catatan Ariesta.

Nimas Rassa, memulai perjalanan kepenulisannya dari titik terendah dalam hidup. Vonis gagal jantung dan glaukoma menjadi awal yang mengubah segalanya. Dalam sunyi dan sakit, ia menemukan kekuatan melalui tulisan. Menulis menjadi katarsis, cara ia menyelamatkan dirinya dari keputusasaan.

Kini, karya-karyanya tersebar dalam berbagai bentuk, baik cetak maupun digital. Buku “Rasa yang Tak Pernah Usai” yang ia tulis, mengangkat isu kesehatan mental berdasarkan pengalaman pribadi. Nimas juga dikenal sebagai penggiat sejarah, penyuka fotografi, dan petualang yang menjadikan setiap narasi hidup dan dekat.

Selain menulis, ia aktif di berbagai komunitas sosial seperti Yayasan Jantung Indonesia, Komunitas Glaukoma Indonesia, Majelis Adat Kerajaan Nusantara, dan Forum Lingkar Pena Palembang.

Sementara itu, Catatan Ariesta adalah sosok yang tenang, sederhana, namun penuh daya ungkap dalam tulisan. Sebagai anak pertama, ia sering memikul tanggung jawab yang tak selalu bisa ia ceritakan. Maka menulislah ia, bukan untuk pamer cerita, tapi untuk bertahan. Buku “Untuk Kamu, Anak Pertama” menjadi ruang di mana Ariesta menumpahkan beban yang selama ini ia simpan rapat.

Meski tak banyak bicara, ia membuktikan langkahnya lewat karya dan keterlibatannya dalam berbagai organisasi. Ia pun kerap mencari ruang sunyi untuk menenangkan diri: entah lewat mendaki, mendengarkan musik, atau sekadar diam bersama hati yang sedang belajar sembuh.

Jangan Lewatkan:

BUKU KEHIDUPAN #1
“Sunyi yang Menghidupkan: Menulis dari Dalam Diri”
🗓️ Kamis, 19 Juni 2025
🕖 IG Live @sindikasiaksara
🎙️ Host: Tiwi Kasavela

Lewat acara ini, mari belajar mendengarkan—bukan hanya kata dari orang lain, tapi suara dari dalam diri. Karena terkadang, yang paling kita butuhkan bukan jawaban, melainkan keberanian untuk menerima yang telah dan sedang kita jalani.(Siaran Pers dari Sindikasi Aksara)