Dosen Departemen Psikologi Klinis Fakutas Psikologi Universitas Padjadjaran, Aulia Iskandarsyah, M.Psi., M.Sc., PhD, mengembangkan perangkat Virtual Reality (VR) berbasis Virtual Reality Exposure Therapy untuk terapi rasa takut dan fobia.
Aulia menerangkan, teknologi VR sendiri di luar negeri sudah lama digunakan untuk terapi. Hanya saja, Indonesia belum terlalu familiar dengan aktivitas tersebut.
Pengembangan VR untuk terapi rasa takut dan fobia ini telah dilakukan Aulia sejak 2017. Pengembangan riset ini dilakukan bersama peneliti lain di Fakultas Psikologi dan Fakultas MIPA Unpad.
Aulia mencontohkan, seseorang yang takut terbang melalui perangkat VR akan dihadirkan lingkungan virtual seolah-olah ia sedang berada di bandara atau pesawat terbang. Hal ini menjadi esensi dari penggunaan teknologi VR sebenarnya, yaitu menghadirkan realitas ke dalam dunia virtual, bukan sebaliknya.
“Pertama, penggunaannya mudah. Seseorang bisa mengundang sesuatu/lingkungan yang dia takuti tanpa harus ke dunia nyatanya,” kata Aulia dikutip dari website Unpad, Jumat 4 November 2022.
Keunggulannya lainnya adalah efektivitas biaya karena prosedur intervensi oleh Psikolog tidak perlu dilakukan dalam ruangan khusus. Selain itu, perangkat ini mampu memberikan kepercayaan bahwa pasien/klien sendiri yang memiliki kemampuan untuk mempelajari ulang sesuatu dan mengatasi ketakutan yang dimilikinya.
“Handling-nya ada dalam diri dia (pasien),” sambungnya.
Studi awal yang dilakukan berupa intervensi untuk mengatasi rasa takut akan gelap. Aulia mengatakan, mereka yang telah mencoba mengalami penurunan intensitas rasa takut gelap.
“Bukan jadi sama sekali tidak takut, tapi intensitasnya berkurang,” imbuhnya.
Studi lainnya adalah mengatasi rasa cemas untuk berbicara di depan publik. Dalam melakukan intervensi, tim menyiapkan level tertentu yang akan dihadapi pengguna. Perbedaan dari setiap level adalah jumlah audiens yang akan dihadapi pengguna.
Menurut Aulia, penyebab rasa takut dan fobia dalam diri seseorang salah satunya disebabkan dari proses belajar manusia. Karena itu, proses intervensi psikologis yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mempelajari ulang (re-learning) sehingga seseorang lebih bisa menjadi “rasional” dalam memandang rasa takutnya tanpa mengganggu fungsi dan kualitas hidupnya.
Dari hasil hasil risetnya menunjukkan orang yang telah melakukan latihan dengan simulasi VR ini, dia lebih percaya diri dan berkurang rasa cemasnya untuk melakukan prestasi di depan orang,” ucapnya.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kepercayaan diri tersebut, tim menggunakan sistem penghargaan (reward). Jadi, ketika seseorang berhasil menyelesaikan satu level, sistem akan menampilkan reward atau ucapan yang mendukung untuk bisa melangkah ke level berikutnya. (Yatni Setianingsih/Golali.id)
Foto : unpad.ac.id