3 mahasiswa ITB Program Studi Teknik Geologi, meraih juara 1 Paper Competition dalam Geology Student Competition yang diselenggarakan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (PIT IAGI) di Makassar.
Ketiga mahasiswa ITB tersebut, yaitu M. Reza Farel Pahlevi (12019038), Asep Saepul Fahmi (12019047), dan Alyssa Saumi Juta (12019065). Dalam kompetisi ini, ketiganya membuat paper berjudul “Studi Geologi dan Geokimia Fluida pada Manifestasi Termal: Perspektif Baru Model Konseptual Lapangan Panas Bumi Marana, Sulawesi Tengah”.
Pembuatan paper ini, di bimbingan Ir. Niniek Rina Herdianita, M.Sc., Ph.D., dan Dr.Eng. Ir. Suryantini, S.T., Dipl. Geoth. En. Tech., M.Sc. Berlangsung selama 4 minggu mulai dari riset awal hingga penyusunan paper.
1.Latar belakang topik paper ini, dari isu permasalahan penduduk Desa Marana dan sekitarnya di Provinsi Sulawesi Tengah yang masih sering kekurangan suplai listrik.
2.Adanya potensi panas bumi yang ada di sana sebagai solusi penyediaan energi listrik bagi warga lokal.
3.Mereka kemudian menyusun model konseptual yang berisi analisis data-data geologi dan geokimia dari berbagai sumber sebagai cikal bakal pedoman pengembangan sumber panas bumi lebih lanjut ke depannya.
“Mereka (masyarakat Marana) masih sering mengalami pemadaman tanpa ada jadwal yang jelas. Padahal di daerah mereka, di desa mereka punya potensi panas bumi. Potensi panas bumi inilah yang ingin dikembangkan supaya mereka di Sulawesi Tengah itu tidak kekurangan listrik lagi,” kata Alyssa dikutip dari website ITB.
4.Di sisi lain, pengembangan sumber energi panas bumi memang sedang diupayakan sebagai salah satu langkah mengurangi bahan bakar fosil dengan energi baru terbarukan.
5.Panas bumi mempunyai potensi yang sangat besar di Indonesia, namun belum dimanfaatkan sepenuhnya. Oleh karena itu, analisis geologi dan geokimia yang diwujudkan dalam model konseptual ini diharapkan dapat menjadi kontribusi aktif mahasiswa dalam peralihan menuju penggunaan energi yang lebih bersih.
“Secara general kita punya potensi lebih dari 21 Gigawatt untuk panas bumi. Kalau untuk potensi di Marana sendiri punya cadangan terduga sekitar 46 megawatt, yang mana lebih dari cukup untuk menerangi Marana itu sendiri. Belum lagi kalau nanti digabungkan dengan potensi lain di Sulawesi itu sangat cukup untuk membantu elektrifikasi Pulau Sulawesi,” sambung Asep.
6.Meskipun potensi yang ada sangat besar, namun pengembangan lapangan panas bumi Marana masih terbentur sistem yang tidak konvensional. Ketiganya mengungkapkan bahwa sistem medium entalpi yang ada di Marana mengharuskan penggunaan sistem binary dalam PLTP sehingga membutuhkan biaya yang lebih besar untuk pengembangan nantinya. Selain itu, lapangan panas bumi Marana bersifat nonvolcanic, yang mana jenis ini jarang dikembangkan di Indonesia.
“Marana itu non volcanic, sementara sistem non volcanic jarang dikembangkan di Indonesia. Maka dari itu judul paper kita mengangkat perspektif baru, karena memang sistemnya sendiri di Indonesia sedikit. Itu salah satu tantangan untuk perusahaan-perusahaan yang mau mengambil lapangan ini,” imbuh Reza.
(Yatni Setianingsih/Golali.id)
Foto : istimewa