Diorama Sejarah Perjalanan Bangsa Suguhkan Kisah Indonesia dalam Putaran Masa

Mengetahui dan mengenang sejarah bangsa, dapat dilakukan dengan wisata sejarah. Salah satunya dengan mengunjungi Diorama Sejarah Perjalanan Bangsa (SPB), di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Jalan Ampera Raya No 7, Jakarta Selatan.

Diorama Sejarah Perjalanan Bangsa diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada 31 Agustus 2009.

Museum ini terdiri dari 8 hall yang menggambarkan perjalanan sejarah bangsa Indonesia, dari masa kejayaan nusantara sampai dengan era reformasi. Uniknya kita tidak hanya menemukan penjelasan tentang sejarah dalam bentuk diorama, foto, dan relief, tetapi di sini kita dapat memahami sejarah dalam balutan teknologi digital.   

Di hall A, selain menghadirkan replika prasasti peninggalan kerajaan yang ada di Indonesia, terdapat juga katalog digital dan wall display tentang gambaran umum diorama yang dipamerkan di setiap ruangan.

Penjelajahan dilanjutkan ke hall B, di ruangan ini kita bisa mengetahui profil singkat dari 140 pahlawan nasional secara interaktif dengan memilihnya, di katalog digital yang bersinergi dengan layar monitor dan globe, yang dilengkapi dengan lampu light emitting diode (LED).

Sehingga saat memilih nomor profil pahlwan itu, maka akan terpampang data tertulis pada layar monitor dan terdengar suara yang menjelaskan data tertulis tersebut, serta lampu LED pada globe otomatis menyala di lokasi pahlawan tersebut berjuang.  

Setelah disuguhi profil pahlawan nasional dalam kemasan digital, selanjutnya kita diajak mengetahui masa Kebangkitan Nasional yang tersaji di hall C. Dalam aula ini tersaji floating diorama (diorama mengambang) peristiwa Sumpah Pemuda yang berlangsung pada 28 Oktober 1928, lengkap dengan teks Sumpah Pemuda yang tertera di balik kotak kaca diorama tersebut.

Tepat di hall D kita akan bertemu dengan patung Fatmawati, yang sedang menjahit Sang Saka Merah Putih. Patung Proklamator Soekarno yang didampingi Mohammad Hatta membacakan naskah proklamasi. Jika kita menekan tombol di mikrofon maka akan terdengar suara sang proklamator membacakan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Hall E, di sini bisa melihat diorama peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, yang kini kita peringati sebagai Hari Pahlawan. Di lorong menuju ruangan selanjutnya terdapat diorama Jendral Soedirman yang ditandu dalam memimpin perang gerilya pada Agresi Militer Belanda II.

Kita pun bisa mendengarkan suara pidato kenegaraan, dari presiden pertama sampai keenam yang dapat didengarkan satu persatu dengan menggunakan headphone. Melihat diorama berbagai perundingan dan konferensi seusai perang kemerdekaan, seperti Konferensi Asia Afrika yang berlangsung di Gedung Merdeka, Bandung pada 18 – 24 April 1955.

Memasuki hall F suasana mencekam begitu terasa, bentuk ruangan yang didesain mirip dengan gua berwarna putih. Kita diingatkan dengan berbagai peristiwa pemberontakan yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, seperti peristiwa G 30 S/PKI sampai dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Pada lorong gua paling belakang, kita diajak menontop film dokumenter pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi dari sumur di Lubang Buaya.

Pada hall G kita dibawa kembali pada peristiwa Mei 1998, dengan desain ruangan berbentuk gedung DPR/MPR lengkap dengan seni instalasi patung susunan massa yang menduduki gedung perwakilan rakyat tersebut. Sambil mengelilingi miniatur gedung, kita dapat mendengarkan pidato pernyataan dari Presiden Soeharto yang secara resmi berhenti menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia yang kedua pada 21 Mei 1998.

Hall H merupakan rangkaian penutup perjalanan di Diorama Sejarah Perjalanan Bangsa, di ruangan yang disebut dengan teater renungan, memutarkan beberapa film dokumenter yang mengisahkan sejarah perjuangan bangsa dari 1942 sampai era reformasi. (*/Golali.id)