Dino Nobel, salah satu peserta lomba Kereta Peti Sabun 1981, mengisahkan tentang suasana lomba Kereta Peti Sabun 1981 yang berlangsung di Sukajadi Kota Bandung.

Ia memperlihatkan satu album foto kecil yang dikeluarkan dari jaketnya. Sembari membolak-balik foto-foto, Dino mulai bercerita kenangan saat ia dan anaknya ikut balap kereta peti sabun kala itu.

“Saya bawa albumnya. Ini kereta saya dulu. Itu anak saya masih kecil, dulu ikut lomba juga bareng saya. Nah, ini piala kami. Waktu tahun 1981 kami dapat juara umum,” kenang Dino Nobel, saat datang ke Lomba Kereta Peti Sabun 2023 di Jalan Diponegoro Kota Bandung, Sabtu 26 Agustus 2023.

Dino sengaja datang ke lokasi lomba untuk melihat langsung bentuk mobil yang sekarang.

“Saya dulu ikut waktu race tahun 1981 di Sukajadi. Waktu itu mobil saya dibuatnya dari tikblok,” tuturnya.

Selain melihat langsung situasi lomba, ia pun ingin mencari orang-orang lama yang dulu sempat ikut lomba bersama dengannya.

“Saya juga lagi cari-cari ini teman lama yang dulu sempat ikut balap bareng. Tadi ketemu sama teman anak saya yang juga ikut balap tahun 1981. Tapi sekarang dia sudah dewasa, sudah jadi bapak-bapak,” ungkap Dino.

Ia mengaku kaget dan senang saat tahu lomba kereta peti sabun kembali diselenggarakan setelah 35 tahun vakum. Namun, ada hal yang disayangkannya.

“Sayang, kenapa lokasinya bukan di Sukajadi lagi. Padahal secara track itu bagus di sana,” akunya.

Saat berkeliling melihat papan peluncur dan beberapa kereta yang sudah bertengger, Dino menyebutkan, jika sebenarnya masih banyak kereta yang kurang aman untuk dipakai saat lomba nanti.

“Kalau lihat dari sebagian kereta-kereta yang sudah datang ini, saya ingin kasih masukan. Harus pilih bahan material yang tepat karena nanti dia akan mentok ke aspal saat meluncur,” katanya.

“Khawatirnya kalau material yang terlalu rapuh, malah bisa bikin cedera parah ke peserta. Bukan cuma peserta, penonton juga bisa kena imbasnya, terutama kalau ada kereta yang pakai material kayu ya,” lanjut Dino sambil menunjuk beberapa kereta yang ia rasa kurang baik.

Ia berharap, lomba kereta peti sabun bisa lebih rutin diselenggarakan. Minimal dua tahun sekali. Sebab permainan ini tergolong langka di Indonesia.

“Seyogyanya mahasiswa itu minimal dua tahun sekali mengadakan acara seperti ini. Sebab tidak ada mahasiswa lain selain Daya Mahasiswa Sunda (Damas). Kalau sponsor sekarang makin banyak,” ucapnya. (Humas Pemkot Bandung/Golali.id)

Foto : Humas Pemkot Bandung