Digitalisasi menjadi salah satu cara para pelaku usaha, termasuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk membangun usaha, meningkatkan usaha, maupun mempertahankan usahanya.
Termasuk para pelaku UMKM yang ada di Provinsi Jawa Barat, yang didukung Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat berkolaborasi dengan berbagai pihak terkait seperti E-commerce dan Marketplace untuk memasarkan produk. Sementara E-wallet dan E-banking untuk mempermudah pembayaran secara digital (nontunai).
Seperti Pemilik ANT Project dari Bandung, Suheri Kiswanto atau akrab disapa Heri.
Heri mengawali bisnisnya sebagai reseller produk alas kaki dari brand lain, Heri terinspirasi dan percaya, jika ia juga mampu memulai bisnis di ranah tersebut.
Pada tahun 2019, Heri mulai membuat konsep ANT Project dan meluncurkan brand-nya di awal tahun 2020 silam, tepat satu bulan sebelum pandemi Covid-19 melanda Indonesia.
Awalnya proses produksi pun masih dilakukan secara sederhana, dimana Heri menggunakan bantuan vendor produksi rumahan dan dibantu oleh 5 orang karyawan. Mulanya dirinya melakukan penjualan secara offline, namun satu bulan setelah diluncurkan terjadi pandemi Covid-19 sehingga dirinya memutar otak untuk mengubah penjualan secara online.
“Pada saat pandemi, kami merasa pesimis karena kondisi ekonomi yang tidak pasti. Apalagi sebagai pemilik bisnis yang baru merintis. Namun kami terus gigih dan mencoba beradaptasi mengikuti perilaku masyarakat yang berubah dengan memfokuskan penjualan kami secara online (di salah satu perusahaan marketplace). Hingga akhirnya kami bisa melihat peningkatan yang signifikan dan kami bisa memproduksi produk kami sendiri. Saat ini bahan baku juga kami sudah bisa stok sendiri terutama untuk bahan-bahan yang susah di pasaran untuk menyiasati kekosongan bahan baku,” tutur Heri dalam jumpa pers online, Selasa 28 Februari 2023.
ANT Project kini bisa memberdayakan lebih banyak karyawan, yang telah mencapai 40 orang dan membina UKM sekitarnya yang khusus membantu produksi ANT Project.
“Semua produk ANT Project juga dikerjakan oleh UKM lokal yang ada supaya kami juga bisa memberikan lapangan pekerjaan yang sebanyak-banyaknya,” sambungnya.
Selain tantangan di bidang penjualan harus jeli melihat peluang secara online, Heri harus menghadapi persaingan dengan brand kompetitor yang sudah ada di pasar sebelumnya yang memiliki produk setipe.
Namun justru ini menjadi motivasi untuk dirinya, sehingga bisa membawa konsep yang berbeda bagi ANT Project, sebagai produk tas pria berkualitas dengan harga jual yang terjangkau dan model-model yang variatif.
Adapun berbagai produk dari ANT Project mulai dari jenis produk kategori pouch pria. ransel, handbag organizer, tas selempang, totebag dan lain-lain. Kini produk ANT Project telah masuk ke pasar ekspor melalui salah satu Marketplace.
Rahasia bisnis Nyakrek Baso Aci

Produk Nyakrek Baso Aci (foto : Shopee)
Kisah manis bisnis secara digital pun dirasakan Melly Oliviani, pemilik Nyakrek Baso Aci. Melly Oliviani memulai usaha baso aci bermodalkan hanya Rp200 ribu pada tahun 2018, dari kediamannya di kawasan Sayati, Kabupaten Bandung.
Mulanya, Melly Oliviani menjual baso aci melalui aplikasi sosial media, seiring waktu Melly Oliviani mencoba berjualan lewat platform e-commerce dan ternyata jualan baso acinya semakin luas dan diminati banyak orang.
Meskipun menjual makanan adalah hal yang baru baginya dan sempat merasa ragu akan hasilnya, seiring berjalannya waktu tak disangka produk dari Nyakrek Baso Aci buatannya pun mendapat respon positif dan semakin digemari oleh pelanggan setianya. Setelah berbagai lika-liku dilewati, kini Melly berhasil membuka lapangan kerja untuk tetangga sekitarnya, dengan memiliki lebih dari 20 karyawan.
“Rasa bangga dan haru selalu saya rasakan setiap melihat perkembangan bisnis Nyakrek Baso Aci. Saya tidak menyangka modal Rp200 ribu kala itu mampu menghantarkan saya sukses berjualan baso aci, ditambah dapat memberdayakan tetangga dan kerabat menjadi karyawan. Ternyata, hobi kulineran lokal saya dapat menghasilkan pundi-pundi yang cukup untuk menjalani roda kehidupan, termasuk membantu saudara dan kerabat sendiri,” kata Melly Oliviani dalam jumpa pers online, beberapa waktu lalu.
Nyakrek Baso Aci telah melahirkan ragam menu kuliner lokal yang menggugah selera. Di mulai dari menu pertamanya Baso Aci Tulang Rangu, kemudian Melly Oliviani menambah varian Baso Aci Nyakrek Ayam, serta ada juga menu makanan ringan sebagai pendamping Baso Aci, seperti Kulit Crispy Pedas, Usus Crispy, Basreng Pedas, Makaroni Keripik Mie, hingga berbagai varian menu keripik lainnya.
Selama menjalankan bisnis Nyakrek Baso Aci, Melly konsisten menggunakan bahan baku yang berkualitas untuk menjaga cita rasa produknya. Dalam proses pembuatan, bahan baku utama baso aci sendiri terbuat dari tepung kanji, tulang rawan ayam dan berbagai bumbu rempah lainnya.
Dahulu, ketika pertama kali memulai bisnis, Melly memenuhi kebutuhan bahan bakunya secara mandiri dengan berbelanja ke pasar segar di dekat rumahnya. Namun, seiring perkembangan bisnis yang semakin besar, kini strategi Melly adalah bekerja sama dengan salah satu penyedia bahan baku andalannya dengan sistem suplai pasokan setiap hari, hal ini untuk menjaga kualitas kesegaran produk yang akan diproduksi.
Naik turun omset sudah dirasakan, apalagi saat masa pandemi yang membuat bahan baku naik dan daya beli masyarakat cenderung menurun. Akan tetapi hal tersebut tidak memudarkan semangat Melly untuk menghasilkan produk berkualitas.
Kiniproduk Nyakrek Baso Aci kini sudah terdaftar secara resmi, dan juga telah mendapatkan sertifikasi label halal MUI. Lantas, Melly memastikan bahwa seluruh produk makanan Nyakrek Baso Aci layak untuk dikonsumsi masyarakat.
“Setiap harinya, kami di Nyakrek Baso Aci berkomitmen menjaga kualitas bahan baku produk makanan pada tempat dan suhu yang memadai. Bahan baku segar selalu disimpan di lemari pendingin, bumbu-bumbu penyedap rasa disimpan pada box higienis dengan suhu ruangan, hingga kemasan produk yang terbuat dari bahan baku yang aman dan tidak mencemari kualitas dan rasa makanan di dalamnya,” jelas Melly Oliviani.
“Kita harus selalu konsisten dalam setiap lini bisnis yang kita jalankan, baik dalam memasarkan produk, menjaga mutu kualitas produk, dan juga wajib selalu berinovasi menciptakan produk-produk baru yang berbeda dan hits bagi para pecinta kuliner,” pungkas Melly Oliviani.
Transaksi digital
Mengutip keterangan pers Humas Pemprov Jabar beberapa waktu lalu, menurut Gubernur Jabar 2018 – 2023, Ridwan Kamil perputaran eknomi Jabar berada di sektor UMKM.
“Hampir 80 persen ekonomi Jawa Barat adalah perputaran UMKM. Kita dorong terus total UMKM Jabar 1,5 juta usaha yang menggerakkan dan membawa lowongan kerja luar biasa,” terang Ridwan Kamil.
Salah satu upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat dalam mendukung digitalisasi bagi UMKM yaitu bekerjasama dengan Shopee pada tahun 2021 menghadirkan Kampus UMKM Shopee Ekspor dan program Pelatihan Pengembangan Bisnis Digital kepada guru dan murid Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Jawa Barat untuk membantu pelaku UMKM memasuki bisnis digital.
Selain itu Pemprov Jabar pun menghadirkan program Desa Digital untuk mendukung berbagai ranah bisnis digital di desa.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jabar, Jeffri Dwi Putra mengatakan Jabar menjadi provinsi terbanyak pengguna transaksi digital dengan menggunakan metode pembayaran QRIS.
“Kita tahu Jawa Barat ini kontributor terbesar pengguna transaksi digital khususnya QRIS, hampir 30 persen. UMKM pengguna QRIS hampir 5,6 juta, sementara konsumen itu 8,5 juta,” kata Jeffri dikutip dari siaran pers Humas Pemprov Jabar. (Yatni Setianingsih/Golali.id)
Keterangan foto utama : Pemilik ANT Project dari Bandung, Suheri Kiswanto