Bubur Sumsum yang Lembut dan Legit

Bubur sumsum bisa disebut sebagai dessert atau makanan penutup, dari kuliner Nusantara. Hal ini terkait dengan kekhasan bubur sumsum, yang bertekstur lembut dan memiliki rasa manis dan gurih.

Nama bubur sumsum, konon katanya berasal dari warna putih dan teksturnya yang lembut mirip dengan sumsum (bagian di dalam tulang kaki sapi).


Warna putih bubur sumsum terkait dengan bahan baku bubur sumsum berasal dari tepung beras putih. Meskipun kini adapula yang menyajikan bubur sumsum berwarna hijau, yang diberi tambahan air daun suji atau pandan sebagai
pewarna alami.

Sajian bubur sumsum yang terlihat sederhana ini hanya terdiri dari tepung beras putih, kinca atau sirup gula merah, dan santan. Namun ketika semuanya berpadu menjadi satu, kudapan ini memiliki rasa yang sempurna saat
dinikmati.


Selain sebagai makanan penutup, masyarakat di Tanah Air, sering pula mengonsumsi bubur sumsum sebagai menu takjil (buka puasa) Ramadhan maupun sunnah.


Di samping itu, bubur sumsum tidak hanya dimakan setelah makan besar, banyak pula yang mengonsumsinya untuk menunda lapar sebelum memasuki waktu makan siang atau malam.


Ya, karena penggunaan bahan dalam bubur sumsum kaya akan karbohidrat yang dapat memberikan energi untuk beraktivitas.


Bubur sumsum tanpa tambahan kinca atau sirup gula merah dan santan, biasanya dipilih ibu-ibu untuk makanan bayi pendamping ASI.

Adapula yang menjadikan bubur sumsum ini sebagai menu sarapan, pasalnya banyak pula pedagang yang menjajakannya di pagi hari.

Selain penjual menjajakan berkeliling permukiman penduduk, di Bandung bubur sumsum banyak pula dijual di pasar tradisional, penjual kue basah, maupun pusat oleh-oleh dalam bentuk kemasan yang hanya tahan satu hari. (*/Golali.id)