Kampus UMKM Shopee

Ahmad Zaky Najieb (44), pemilik bengkel las ‘Fairuz Wrought Iron’. Yang berlokasi di Jalan Solo-Purwodadi KM 8.5 Selokaton, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.

Tidak menjadikan keterbatasannya untuk menyerah, Najieb sapaan akrabnya merupakan seorang tuli yang mampu memperkerjakan beberapa orang di bengkel yang telah dibangun sejak 15 tahun lalu.

Awalnya, lulusan Kriya Logam Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini bekerja sebagai karyawan pada sebuah perusahaan las, tepat setelah lulus kuliah.

Namun, setelah empat bulan bekerja, Najieb memilih keluar dari pekerjaannya dan memberanikan diri untuk membuka usaha bengkel las sendiri.

Saat itu, Najieb sadar jika memiliki keterbatasan yang mungkin akan menjadi kendala dalam membuka usaha secara mandiri.

Namun semangatnya mengalahkan keterbatasan. Najieb menceritakan tentang pengalamannya mendapat pelanggan pertama pada tahun 2006.

Saat itu, kata Najieb, pelanggan yang awalnya menggunakan bahasa orang dengar, akhirnya menyesuaikan dan berkomunikasi menggunakan tulisan. Seperti menggambar bentuk yang diinginkan, ukuran, detail, jenis material yang diminta, dan harga.

“Ketika sudah jadi dan masih ada beberapa revisi, pelanggan tersebut menuliskan kembali apa yang perlu ditambahkan. Dari tulisan pelanggan pertama ini, akhirnya saya jadikan acuan berkomunikasi kepada calon pembeli hingga sekarang,” terang Najieb menggunakan bahasa isyarat mengutip rilis dari Shopee yang diterima Golali.id, baru-baru ini.

Seiring berjalannya waktu, Najieb mulai kewalahan melayani permintaan yang datang. Najieb pun mencari karyawan.

Miliki Karyawan

“Saya mencari karyawan yang juga tuli. Selagi saya diberi kesempatan bisa membesarkan usaha, saya ingin mengajak teman-teman tuli saya untuk berkembang bersama. Tetapi, saya juga mencari karyawan dari orang dengar agar komunikasi dengan calon pelanggan menjadi lebih baik di bengkel las saya,” cerita Najieb.

Setelah mendapatkan karyawan, bengkel milik Najieb dapat meningkatkan kapasitas produksinya. Najieb menerima berbagai pesanan seperti pagar rumah, teralis, jemuran, kanopi, tangga putar, meja makan, dan lain-lain.

Dalam satu bulan, Najieb memperoleh penghasilan untuk keluarganya Rp3 juta hingga Rp8 juta per bulan, tergantung jumlah pesanan yang ada.

Namun karena jumlah penghasilan di bengkel las yang tak menentu, ayah dari empat anak ini, merasa harus berusaha membuka pintu rezeki lain.

Melukis

Pria asal Karanganyar ini, mencoba peruntungan berikutnya yakni dari hobinya yang gemar melukis. Sanpai saat ini, Najieb sudah menghasilkan lebih dari 3.000 lukisan.

Ia pun menjual lukisannya melalui media sosial, namun sayangnya sering terkendala untuk berkomunikasi dengan pembeli. Najieb pun bergabung dengan Kampus UMKM Ekspor Shopee Solo, untuk memasarkan lukisannya secara efektif.

Bagi Najieb, menjadi tuli bukanlah penghalang untuk terus berkembang seiring dengan perubahan zaman. Siapapun harus beradaptasi termasuk orang-orang tuli di zaman yang serba digital ini. Najieb berpesan kepada teman tuli agar tak berhenti meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan media tulisan ataupun isyarat, terlebih jika telah memiliki cita-cita yang besar.

“Dulu, sebelum ada HP (ponsel pintar) seperti sekarang, orang tuli sangat sulit berkomunikasi dengan orang dengar. Sekarang zaman sudah maju. Melalui HP, kita bisa online dan bisa menunjukkan apa saja. Temen-teman tuli harus banyak belajar Bahasa Indonesia. Supaya kata[1]kata yang disampaikan tepat. Agar orang-orang paham maksud kita, sehingga tertarik dengan usaha kita,” tutupnya menjelaskan di hadapan juru bahasa isyarat. (*/Golali.id)

foto : Revo Dipra/ Shopee