4 Cara ke Kebun Binatang Bandung dengan Mudah Terbaru

Kebun Binatang Bandung atau Bandung Zoological Garden berlokasi di Jalan Kebun Binatang Nomor 6 / Jalan Taman Sari No 17 Kota Bandung. Sangatlah mudah untuk sampai ke Kebun Binatang Bandung baik menggunakan kendaraan pribadi maupun transportasi umum.

Untuk mencapai lokasi Kebun Binatang Bandung atau Bandung Zoological Garden ada beberapa rute yang bisa dilalui, berdasarkan pengalaman Golali.id pada tahun 2024 :

Jika dari Jakarta atau kawasan barat Kota Bandung dan menggunakan kendaraan pribadi mobil, untuk sampai tempat ini :

– Keluar dari Gerbang Tol Pasteur, naik ke flyover Pasupati.

Turun di Jalan Taman Sari lalu ambil jalur kiri. Lurus sampai kawasan Kebun Binatang.

Untuk yang naik bus dari kawasan barat, turun di Terminal Leuwi Panjang :

– Naik bus Trans Metro Pasundan Leuwi Panjang – Dago turun di Halte sekitara Jalan Ir H Djuanda dan Jalan Ganesha atau sekitaran Rumah Sakit Boromeus.

– Dapat dilanjutkan dengan menaiki Angkot Dipati Ukur – Panghegar

Atau

– Naik bus Trans Metro Pasundan Leuwi Panjang – Dago turun di Halte di sekitar Jalan Ir H Djuanda dan Jalan Sulanjana

– Dapat dilanjutkan dengan menaiki Angkot Cicaheum – Ledeng ke arah Ledeng

Untuk yang naik bus dari kawasan timur dan turun di Terminal Cicaheum :

– Naik angkutan kota (angkot) Cicaheum – Ledeng turun di Jalan Kebun Binatang

Untuk yang turun di Stasiun Bandung :

– Naik Angkot Cisitu – Tegallega turun di Jalan Kebun Binatang

– Naik Angkot Stasiun Hall – Dago, turun di Halte di sekitaran Jalan Ir H Djuanda dan Jalan Ganesha atau sekitaran Rumah Sakit Boromeus. Dapat dilanjutkan dengan menaiki Angkot Dipati Ukur – Panghegar

Atau

– Naik bus Trans Metro Pasundan Leuwi Panjang – Dago, turun di halte sekitar di Jalan Ir H Djuanda dan Jalan Sulanjana

– Dapat dilanjutkan dengan menaiki Angkot Cicaheum – Ledeng

Primadona wisata Kebun Binatang Bandung

Objek wisata ini termasuk salah satu primadona destinasi wisata yang ada di Kota Bandung. Pengunjung objek wisata ini tidak hanya berasal dari Kota Bandung. Tetapi juga berasal dari luar kota.

Pada masa pandemi Covid-19 dengan jumlah kasus yang tinggi, tempat wisata ini sempat menghentikan operasional beberapa. Hal ini berdasarkan kebijakan dari Pemerintah Kota (Pemkot Bandung), guna mengurangi kerumunan wisatawan.

Mengutip laman resmi bandung-zoo.com, tempat wisata ini memiliki 800 ekor satwa. Terdiri dari mamalia, aves, reptil, dan ikan.

Sejarah Kebun Binatang Bandung

Mengutip siaran pers Humas Pemkot Bandung, begini sejarah dari Kebun Binatang Bandung

Menurut Dosen Pendidikan Sejarah Sekolah Pascasarjana UPI dan Kepala Museum Pendidikan Nasional UPI, Leli Yulifar cerita dimulai pada tahun 1900, Bupati R.A.A. Martanegara mendirikan Kebun Binatang di Cimindi. Sementara itu, sejumlah pecinta satwa mendirikan Kebun Binatang di Bukit Dago.

Sejarah mencatat, 1 April 1906 Bandung menjadi gemeente (kotapraja) yang dipimpin seorang walikota (Burgermaster).

Kemudian, pada tahun 1920 berdiri Bandoeng Vooruit (Bandung Maju), yakni perkumpulan swasta yang menjadi partner pemerintah dalam menata gemeente khusus di bidang pariwisata, yang terdiri dari orang-orang Belanda.

Bandoeng Vooruit adalah partner gementee dalam membangun, menata kota, dan membenahi kota, khususnya untuk bidang pariwisata.

Pada tanggal 1 Oktober 1926, Bandung sebagai gemeente menjadi Kotapraja mandiri (Stadgemeente). Sehingga tidak ada lagi dualisme (antara pemerintah pribumi dan Kolonial).

Kota Bandung sebagai kota mungil yang awalnya hanya desa kecil, didirikan untuk kepentingan penduduk Eropa, dengan mengadopsi infrastruktur kota di Eropa.

Karena itu, Pemerintah Kotapraja Bandung (gemeente) mendirikan perumahan dalam skala real estate, gedung pemerintahan, motel/hotel, instansi pendidikan, tempat hiburan, serta taman-taman kota.

Satu di antara taman yang didirikan gemeente tersebut adalah Jubileum Park, yang membentang dari ujung paling utara daerah Lebak Gede Barat sampai dengan Cikapundung Timur.

Jubileum Park atau taman ulang tahun adalah taman botanik yang berupa tanaman keras dan tanaman hias, didirikan pada tahun 1923 dalam rangka memperingati 50 tahun Ratu Wilhelmina memerintah.

Selanjutnya pada tahun 1933, atas prakarsa Bandoeng Vooruit, kedua kebun binatang yang didirikan di Cimindi dan Bukit Dago tersebut disatukan dengan pindah ke wilayah bagian selatan Taman Botanik (Jubileum Park).

“Artinya Kebun binatang tersebut berdiri pada sebagian tanah gemeente (Pemerintah Kota Bandung), yang terletak di Huygensweg (sekarang Jalan Taman Sari),” ujar Leli, Kamis 4 Agustus 2022.

Pendirian ini disahkan Gubernur Jendral Hindia Belanda pada 12 april 1933 dengan nama Bandoengsche Zoologisch Park yang dipimpin Hogland (Kepala bank Bank DENNIS yang sekarang BJB) yang secara ekonomi sangat kuat untuk menjadi pen-support dana dalam mengelola taman hewan tersebut.

Pendirian Bandoengsche Zoologisch Park, tertulis pada Kandang Gajah yang dibangun pada tahun yang sama oleh kontraktor Thio Tjoan Tek yang berkantor di Ost Eindeweg (Jalan Sunda).

Pendirian kebun binatang dan taman-taman di Bandung, sama dengan tujuan didirikannya Jubileum park, yakni merupakan bagian dari kelengkapan infrastruktur kota, di samping taman-taman lain seperti Insulinde Park (Taman Lalu lintas), Molukken Park (Taman Maluku), Ijzerman Park (Taman Ganesa), dan Pieter Park (Taman Merdeka).

Ketika tahun 1942, Jepang mendarat dan melakukan pendudukan, banyak orang Belanda (termasuk Hoogland) ditahan pihak Jepang, dan berada di tempat penampungan (camp interniran).

Kebun Binatang diurus oleh sekelompok kaum pribumi, satu di antaranya R. Ema Bratakoesoema, dalam kondisi keterbatasan biaya tentunya.

Saat chaos, jangankan memikirkan binatang, manusiapun dalam kondisi darurat pangan, sandang dan papan

Saat kemerdekaan dicapai bangsa ini pada 17 Agustus 1945, kelompok interniran (termasuk Hogland), kembali ke negaranya (Belanda).

Rentang waktu 1945-1950. Satwa penghuni Kebun Binatang semakin tidak terurus dan memprihatinkan. Karena Indonesia saat itu dalam keadaan mempertahankan kemerdekaan dan menghadapi Agresi Militer I dan II dari pihak Belanda.

Pada saat yang bersamaan, terjadi ketidakstabilan politik dan ekonomi yang disebabkan jatuh bangunnya kabinet. Maka, kondisi Kebun Binatang Bandung makin merana.

Pada tahun 1956, Hogland kembali ke Bandung dan melihat Kebun Binatang sudah tampak seperti hutan dengan tumbuhan liar, serta sedikit hewan yang bisa diselamatkan. Saat itu, terdapat kesepakatan dengan R. Ema Bratakoesoema, yakni :

1) Pembubaran Taman Hewan (Bandoengsche Zoologisch Park);

2) Melikuidasi sisa kekayaan Taman Hewan;

3) Mendirikan Badan Hukum yang dinamai Yayasan Margasatwa Tamansari (Bandoeng Zoological Garden), penetapan Hogland sebagai Ketua Yayasan dan didalamnya ada beberapa orang Belanda yang dulu terlibat di Bandoengsche Zoologisch Park.

Pada akhir 1957, Hogland bersama rekannya yang lain kembali ke Belanda, Sehingga Yayasan tersebut dipimpin oleh R. Ema Bratakoesoema sampai meninggal tahun 1984. Selanjutnya Yayasan dilanjutkan kepengurusannya oleh para ahli warisnya.

Medio 1990, Kebun Binatang nyaris dipindahkan ke Jatinangor, karena saat itu Pemkot Bandung akan menyerahkan wilayah tersebut kepada ITB, yang akan digunakan sebagai perluasan kampus ITB.

Tetapi karena permasalahan dana, rencana tersebut tertunda. Malahan, saat ini Kampus ITB yang sebagian kampusnya berada di Jatinangor. (Yatni Setianingsih/Golali.id)