Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung, Dudy Prayudi, satu warga di Kota Bandung diperkirakan menyumbang sampah sekitar 0,6 kg per hari.
Jika diakumulasi dengan seluruh penduduk Kota Bandung pada malam hari, maka dalam sehari sebanyak 1.500-an ton sampah diproduksi masyarakat Kota Bandung.
“Tapi di siang hari karena banyak penduduk lain yang juga kerja di Kota Bandung. Belum lagi saat akhir pekan Bandung menjadi tujuan wisata, maka sampah yang dihasilkan bisa mencapai 1.600 ton per hari,” jelas Dudy, Senin 20 Februari 2023.
Untuk menangani jumlah sampah tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) sudah mengolah sekitar 300 ton per hari.
“Sehingga, sampah yang kita kirim ke TPA Sarimukti itu tersisa 1.200-1.300 ton per hari,” katanya.
Penanganan Sampah
Berbagai upaya telah dijalankan DLKH untuk mengurai permasalahan sampah di Kota Bandung. Salah satunya dengan mengubah sistem pengelolaannya.
Dudy memaparkan, dulu pengelolaan sampah masih bersifat kumpul, angkut, lalu buang. Sampah yang ada di masing-masing rumah dibuang ke tempat penampungan sementara (TPS).
Kemudian oleh petugas diangkut ke tempat penampungan akhir (TPA). Dengan sistem ini tidak menyelesaikan masalah, tapi hanya memindahkan masalah saja.
“Ini yang mengakibatkan pada 21 Februari 2005 terjadi insiden di TPA Leuwigajah. Terjadi longsor yang mengakibatkan 157 nyawa meninggal,” paparnya.
“Maka dari itu, kita ubah sistemnya menjadi Kang Pisman (kurangi, pisahkan, dan manfaatkan) ini diberlakukan di sumber sampah yakni rumah tangga. Diharapkan di sumber sampah memisahkan minimal dua yakni sampah organik dan anorganik,” ungkapnya.
Sampah-sampah organik bisa diolah menjadi kompos. Sedangkan sampah anorganik bisa dibuat kerajinan atau diberikan ke Bank Sampah.
Bahkan, jika sudah terkumpul sebanyak Rp40 ribu bisa ditukar dengan logam mulia mini 0,05 gram di Bank Sampah.
“Di beberapa tempat tabungannya sudah sampai puluhan juta. Nanti bisa diberikan dalam bentuk uang atau logam mulia juga,” katanya.
Namun, ia mengakui jika program ini belum berjalan serentak di seluruh wilayah Kota Bandung. Fakta di lapangan, sampah masih kerap bercampur karena belum dipilah oleh masing-masing rumah tangga.
“Mungkin karena mereka belum paham atau ingin praktisnya saja. Ini menjadi PR kita untuk bisa menyadarkan masyarakat akan pentingnya pemilahan sampah. Kita butuh peran aktif dari masyarakat. Tanpa adanya peran dari semua stakeholder, tentu sulit,” akunya.
Selain Kang Pisman, upaya lain yang dilakukan Pemkot Bandung adalah mengubah TPS dari tempat penampungan sampah menjadi tempat pengolahan sampah. Ada peran Bank Sampah juga di ranah tersebut.
“Sedangkan penanganan di sumbernya, kita lakukan melalui gerakan Kang Pisman, di TPS melakukan pengolahannya. Sehingga sampah yang dikirim ke TPA itu hanya sisanya saja,” akunya. (Humas Pemkot Bandung/Golali.id)
Foto : Humas Pemkot Bandung